Dalam beberapa bacaan yang pernah saya baca bumi sering di
konotasikan dengan “Mama”. MEngapa harus seorang mama? Mungkin karena bumi
menciptakan dan menopang kehidupan sama seperti Rahim seorang mama yang
menopang sebuah nafas kehidupan yang dititipkan oleh penguasa tertinggi atas
semesta ini.
Menjadi seorang mama adalah suatu pekerjaan besar, pekerjaan
seumur hidup, no real training course. Kita harus menghadapi sakitnya jalan
lahir yang terdesak oleh sebuah kehidupan yang tak sabar menghirup udara bebas,
tanpa harus bergantung pada plasenta sang mama. Kita juga harus dituntut untuk
tetap tenang ketika menghadapi demam tinggi yang tiba-tiba menyerang buah hati
kita. Kita dituntut untuk lebih kreatif menghadapi anak-anak yang selalu ingin
tahu,
selalu ingin menjelajah dari sudut ke sudut di atas tapak kaki yang
bahkan masih gemetaran untuk tegak berdiri. Kita juga perlu mengatasi
kebingungan melihat makanan-makanan yang sudah kita persiapkan begitu saja tapi
tak tersentuh sama sekali. Kita juga terus bertanya-tanya normalkah jika anak
saya yang berusia sekolah gemar melakukan ini atau itu dan kebalikannya tak
suka ini atau tak suka ini.
Jadi bagaimana kita menjawab semua pertanyaan-pertanyaan
yang datang kepada kita setiap hari? Pertanyaan yang bahkan tak pernah
sedikitpun kita bayangkan dari bibir kecil mungil itu? “Mama, bayi itu keluar
dari mana”. Atau “Mama, kenapa saya punya ini beda dengan ade punya?” Bagaimana
kita tahu apakah keputusan yang kita ambil sebagai seorang mama itu benar atau
tidak.
Yah anak-anak kita adalah tanggung jawab kita, setiap
keputusan, jawaban kita sebagai seorang mama juga tergantung pada intuisi kita,
karena kita adalah orang yang paling mengetahui dengan persis seperti apa
anak-anak kita, watak dan karakter mereka, mungkin juga karena anak-anak adalah
cerminan diri kita sendiri.
Kembali ke pertanyaan ; "Jadi bagaimana kita menjawab
semua pertanyaan-pertanyaan yang datang kepada kita setiap hari?" Kita
membutuhkan cerita mama-mama yang lain untuk berbagi kekhwatiran dan
kebahagiaan seorang mama. Cerita itu bisa kita dapatkan secara online, atau
lewat cerita-cerita sahabat, saudara/i, oma, tanta, bibi atau siapa saja yang
berpredikat sebagai mama. Karena sebagai seorang mama kita perlu untuk diajari,
untuk saling mendukung, untuk saling belajar satu sama lain.
Hari ini sebagai seorang mama, dan juga seorang anak. Saya
belajar kembali untuk lebih menghormati, menghargai yang lewat rahimnya Tuhan
titipkan nafas hidup saya selama 9 bulan, dengan berbagi rasa bersama seorang
mama juga.
"Yanti
lengo: Dan itu benar2 buat saya jdi berpkir tntg kesalahan say
Ina Saban: Iyo,kalo ingat kembali ke belakang pasti menyesal. Tp jgn trs
menyesal. Jadikan itu sbg pelajaran berharga ke dpnnya. Aplg skrg kita jg sdh
jd ortu.
yanti lengo: Iya mm sari....semuanya itu jd pembelajaran buat anak2 kita
Ina Saban: Kita tdk bs trs pelihara hubungan yg rusak. Walaupun kita tdk prnah
melupakan, bkn brarti tdk mau memaafkan. Memaafkan dg tulus itu rasanya indah.
yanti lengo: Benar mm sari...sa alami itu....
Ina Saban: Itulah seninya menjalani hidup ini. Stp mslh butuh proses,entah lama
atau cpt. So,hidup itu terlalu singkat utk dilewatkan hny dlm ktdkpuasan n
ketdkbahagiaan"
Maka pantaslah juga jika seorang sahabat saya mengatakan : “Semua perempuan itu cantik, Yanti. Apalagi semua mama, mereka adalah perempuan-perempuan yang tercantik di dunia”.
Selamat Hari Minggu semua, Tuhan memberkati kita dan
mama-mama kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar