Minggu, 10 Mei 2015

Dukungan Sesama Mama

Dalam beberapa bacaan yang pernah saya baca bumi sering di konotasikan dengan “Mama”. MEngapa harus seorang mama? Mungkin karena bumi menciptakan dan menopang kehidupan sama seperti Rahim seorang mama yang menopang sebuah nafas kehidupan yang dititipkan oleh penguasa tertinggi atas semesta ini.

Menjadi seorang mama adalah suatu pekerjaan besar, pekerjaan seumur hidup, no real training course. Kita harus menghadapi sakitnya jalan lahir yang terdesak oleh sebuah kehidupan yang tak sabar menghirup udara bebas, tanpa harus bergantung pada plasenta sang mama. Kita juga harus dituntut untuk tetap tenang ketika menghadapi demam tinggi yang tiba-tiba menyerang buah hati kita. Kita dituntut untuk lebih kreatif menghadapi anak-anak yang selalu ingin tahu,
selalu ingin menjelajah dari sudut ke sudut di atas tapak kaki yang bahkan masih gemetaran untuk tegak berdiri. Kita juga perlu mengatasi kebingungan melihat makanan-makanan yang sudah kita persiapkan begitu saja tapi tak tersentuh sama sekali. Kita juga terus bertanya-tanya normalkah jika anak saya yang berusia sekolah gemar melakukan ini atau itu dan kebalikannya tak suka ini atau tak suka ini.

Jadi bagaimana kita menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang datang kepada kita setiap hari? Pertanyaan yang bahkan tak pernah sedikitpun kita bayangkan dari bibir kecil mungil itu? “Mama, bayi itu keluar dari mana”. Atau “Mama, kenapa saya punya ini beda dengan ade punya?” Bagaimana kita tahu apakah keputusan yang kita ambil sebagai seorang mama itu benar atau tidak.

Yah anak-anak kita adalah tanggung jawab kita, setiap keputusan, jawaban kita sebagai seorang mama juga tergantung pada intuisi kita, karena kita adalah orang yang paling mengetahui dengan persis seperti apa anak-anak kita, watak dan karakter mereka, mungkin juga karena anak-anak adalah cerminan diri kita sendiri.

Kembali ke pertanyaan ; "Jadi bagaimana kita menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang datang kepada kita setiap hari?" Kita membutuhkan cerita mama-mama yang lain untuk berbagi kekhwatiran dan kebahagiaan seorang mama. Cerita itu bisa kita dapatkan secara online, atau lewat cerita-cerita sahabat, saudara/i, oma, tanta, bibi atau siapa saja yang berpredikat sebagai mama. Karena sebagai seorang mama kita perlu untuk diajari, untuk saling mendukung, untuk saling belajar satu sama lain.
Hari ini sebagai seorang mama, dan juga seorang anak. Saya belajar kembali untuk lebih menghormati, menghargai yang lewat rahimnya Tuhan titipkan nafas hidup saya selama 9 bulan, dengan berbagi rasa bersama seorang mama juga.

"Yanti lengo: Dan itu benar2 buat saya jdi berpkir tntg kesalahan say
Ina Saban: Iyo,kalo ingat kembali ke belakang pasti menyesal. Tp jgn trs menyesal. Jadikan itu sbg pelajaran berharga ke dpnnya. Aplg skrg kita jg sdh jd ortu. 
yanti lengo: Iya mm sari....semuanya itu jd pembelajaran buat anak2 kita
Ina Saban: Kita tdk bs trs pelihara hubungan yg rusak. Walaupun kita tdk prnah melupakan, bkn brarti tdk mau memaafkan. Memaafkan dg tulus itu rasanya indah.
yanti lengo: Benar mm sari...sa alami itu....
Ina Saban: Itulah seninya menjalani hidup ini. Stp mslh butuh proses,entah lama atau cpt. So,hidup itu terlalu singkat utk dilewatkan hny dlm ktdkpuasan n ketdkbahagiaan"


Maka pantaslah juga jika seorang sahabat saya mengatakan : “Semua perempuan itu cantik, Yanti. Apalagi semua mama, mereka adalah perempuan-perempuan yang tercantik di dunia”.

Selamat Hari Minggu semua, Tuhan memberkati kita dan mama-mama kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar