Jumat, 16 Agustus 2019

Anak-anak Rote dan Cerita Tanah Air

Makna kemerdekaan jika bisa dirumuskan dengan kata-kata yang sederhana,  maka biarlah kemerdekaan itu berarti merdeka dari mental membuang sampah sembarangan,  merdeka dari mental malas belajar, dan merdeka dari kata menyerah pada keterbatasan yang ada.  

Kemerdekaan kiranya juga bisa berarti kebebasan untuk bisa mengakses pendidikan,  bacaan,  dan juga bebas dari segala usaha untuk memecah belah bangsa.  

Di hari kemerdekaan ini,  beberapa tulisan karya anak-anak yang  berbicara tentang tanah air mereka,  semoga bisa menjadi persembahan untuk negeri ini.  

Lapangan Kota Ba'a

Lapangan kota Ba'a adalah lapangan hijau yang dilengkapi sebuah panggung,  lapangan bola voli, dan sekolah-sekolah di seberang kiri dan kanan jalan.  

Di sore hari,  saya biasa ikut Ayah untuk pergi membeli ikan di Ba'a.  Saat melintasi lapangan ,  saya melihat orang-orang membuang sampah sembarangan.  Apalagi pada saat ada acara besar seperti saat ini yaitu pameran dan lomba-lomba lain seperti menyanyi,  menari dan pertandingan bola voli,  sampah - sampah dibuang begitu saja.  

Harapan saya adalah pemerintah/Bupati Rote Ndao untuk lebih memperhatikan sampah - sampah yang ada di lapangan Ba'a.  Dan menegaskan orang-orang agar tidak membuang sampah sembarangan lagi.  

Rote,  12 Agustus 2019
Dicky L.Lada,  siswa kelas VII,  SMPK Mother Ignacia. 

Ketika anak-anak berbicara tentang sampah.🤗🤗🤗

Sampah Plastik di Pantai Tiang Bendera

Aku tinggal di Rote Ndao,  NTT.  Kampung halamanku berada di kecamatan Pantai Baru.  Namun,  aku pindah ke Ba'a.  Rumahku terletak di jalan ABRI.  Di lingkungan yang baru,  aku pun mendapat sahabat yang baru. 

Ketika aku dan kedua orang tuaku pergi ke pantai yang bernama Tiang Bendera,  aku sangat senang melihat pemandangannya.  Pantai itu nampak indah dari atas bukit.  Laut dan pasirnya masih terjaga keasrian juga keindahannya. 

Ada rasa sejuk dan adem setiap aku pergi ke sana.  Sayangnya, keindahan pantai tersebut sudah mulai memudar karena sampah plastik yang bermunculan di sekitar pantai.  

Karena itu banyak warga termasuk aku,  ayah dan ibuku yang saat itu sedang berada di sana membersihkan seluruh sampah tersebut.  

Aku berharap,  keindahan dan keasrian pantai tersebut akan terus terjaga hingga kapanpun. 

Rote,  12 Agustus 2019
Marsha CH. J. Dopen. Siswi kelas VII,  SMPK Mother Ignacia. 

Nusa Seribu Lontar

Pohon lontar adalah salah satu sumber kehidupan masyarakat Rote Ndao.  Pohon ini memiliki banyak manfaat seperti,  daun yang digunakan untuk atap rumah,  buahnya yang dimakan,  batang pohon untuk membuat rumah,  pucuk daunnya digunakan untuk menganyam,  dan tulang daunnya untuk membuat sapu.  

Karena banyak manfaatnya,  pohon lontar selalu ditebang,  hingga keberadaannya berkurang dan sulit dicari. 

Karena pohon lontar merupakan tanaman khas Rote Ndao,  maka Rote disebut Nusa Seribu Lontar.  

Rote,  12 Agustus 2019
Dewa Ayu Laura Anjani,  siswi kelas VII,  SMPK Mother Ignacia

Ketika mereka berbicara tentang di bawah langit mereka bernaung. 🤗🤗🤗


Semangat Bangsa Indonesia Melawan Penjajah

Para pahlawan bangsa, 
Berkorban nyawa membebaskan bangsa Indonesia dari para penjajah.  

Para pahlawan bangsa,  
Berkorban nyawa untuk mewujudkan NKRI. 

Semangat para pahlawan bangsa Indonesia,  
takkan pernah hilang dari pikiran kami, 
Semangat pembebasan atas penjajah. 

Rote,  12 Agustus 2019
Eliana M.  Manafe,  siswi kelas VII,  SMPK Mother Ignacia.


Rumah Mosalaki

Mosalaki adalah rumah adat khas masyarakat Rote Ndao.  Atap rumah ini berbentuk trapesium dan tersusun dari daun-daun pohon lontar yang sudah mengering.  

Rangka rumah dan dinding-dindingnya terbuat dari pohon lontar. Lantai rumah ini sangat sederhana,  tanpa semen atau keramik, hanya beralaskan tanah.  Perabot yang ada juga serba sederhana.  

Saat menginjakkan kaki ke dalam rumah ini,  akan terlihat beberapa bangku panjang yang juga terbuat dari batang pohon lontar. Bangku - bangku tersebut biasanya dipakai untuk duduk atau beristirahat.
 
Rumah ini terdiri atas dua tingkat.  Tingkat paling atas dipakai untuk menyimpan padi hasil panen. Selain itu,  tikar dari anyaman daun lontar juga dibentangkan untuk beristirahat.
 
Rote,  12 Agustus 2019
Indyana S.  J. Ully 
Siswi kelas VII,  SMPK Mother Ignacia



Rabu, 14 Agustus 2019

Terima Kasih Ibu

Membuat cerita tentang Ibu,  Ayah,  Adik,  atau binatang peliharaan adalah tugas pertama yang saya berikan kepada anak-anak kelas VII di tempat saya mengajar.  

Hasilnya banyak dari mereka yang bisa mendeskripsikan orang-orang terdekat mereka dengan cukup baik. 

Salah satunya adalah teks deskripsi yang ditulis oleh seorang siswi bernama Honey.  

Terima Kasih Ibu

Ibu saya bernama O E N.  Ibu sangat berarti dalam hidup saya.  Tanpa Ibu,  saya tidak akan berada di dunia.  Setiap pagi,  ibu selalu bangun pukul 04.35 untuk beraktivitas seperti membuat sarapan, menyiapkan pakaian dan aktivitas lainnya.  

Saya sangat mencintai ibu saya. Tapi,  jika ibu marah,  saya sangat tidak suka karena seperti monster yang terbangun dari tidurnya. Tapi saya tahu bahwa ibu marah karena ulah saya dan kemarahan seorang ibu adalah suatu nasehat yang diberikan kepada saya agar perilaku saya yang tidak baik tidak diulang lagi.  

Ibu adalah seorang pahlawan dalam keluarga yang tak kenal lelah.  Ibu pernah sakit karena lelah bekerja.  Walau sakit, ibu terus bekerja demi kami anak-anak nya.  Terima kasih Ibu. 

Honey D. C. W. Boelan
Siswi kelas VII,  SMPK Mother Ignacia