Senin, 29 Juni 2015

Kau Malaikat Bagiku

Anak yang beranjak remaja itu, menumpahkan air matanya di atas bantalnya. Untuk sperma mana yang membuahi sel telur ibunya, yang masih belum jelas kini. Untuk setiap kejadian yang tak henti menari di pelupuk matanya, yang ia saksikan dari kotak lemari sempit, dalam gelap dalam ketakutan. Ketika tubuh ibunya jatuh tersungkur, setelah timah panas itu tepat mengenai dadanya. Dia terus bertanya alasan Tuhan menjadikannya ada di dunia.

Aku menatapnya dalam-dalam merengkuhnya dalam pelukan dan berkata ; “Kau tahu hidupku juga tidak lebih baik dari sekarang. Ada yang hilang dari masa kanak-kanakku. Ketika aku beranjak dewasa semuanya semakin menggila, aku menjadi seorang pecandu alcohol. Pulang ke rumah setelah bekerja, alcohol adalah sahabat terbaikku. Sahabat yang selalu dapat membantuku untuk bisa tertidur pulas, tanpa harus aku berperang keras melawan kesepianku. Hidupku gelap tak bercahaya. Lalu semua berubah, ketika tangan malaikat yang dapat kusentuh, tubuh mungil yang dapat kupeluk itu kutemukan di balik sebuah lemari, di tempat kejadian perkara, persis ketika aku bersama rekan-rekanku mendapati tubuh ibumu yang bersimbah darah. Hidupku berubah sejak saat itu. Aku memutuskan segera hubungan baikku, persahabatanku dengan botol-botol minuman. Aku ingin segera pulang ke rumah ketika jam kantorku selesai, untuk mendapatimu, untuk menyiapkan makananmu, botol susumu, bermain denganmu, mengganti popokmu balita 3 tahun kesayanganku. Kau tahu, Tuhan menjadikanmu ada di dunia ini, untuk menjadi sahabat terbaikku, untuk menemani satu jiwa kesepian, dan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang sama denganmu, mengapa Tuhan menjadikan aku ada, yaitu untuk menjadi sahabatmu”.

Aku menyeka air matanya, remaja kulit hitam yang baru saja menemui seseorang yang diketahui mungkin ayahnya. “Oh, jadi kau anak brengsek yang lahir dari rahimnya itu? Sudah besar kau rupanya. Kau tahu banyak yang berkata bahwa kau adalah anakku, tapi bagiku kau bukan anakku, setelah aku dapati ibumu juga tidur dengan bajingan-bajingan yang lain. Dan waktu itu aku menggedor pintu rumah  ibumu bukan untuk membunuhnya, aku hanya meminta bagianku  atas hasil penjualan narkoba yang disimpan ibumu. Aku terlanjur ditangkap polisi karena memukul teman tidur ibumu dan harus dipenjara selama 6 bulan. Timah panas itu bukan aku yang menembakannya”. Dia hanya terdiam di hadapan pria kekar itu. Dan aku hanya bisa menarik napas dari balik kaca jendela.

“Kau tahu Simon?” tanyaku. “Ya, dia sangat baik padaku. Dia mengupaskan apel merah itu ketika kita pergi mengunjunginya”, jawabnya. “Dia seorang pecandu alcohol juga dahulu, dia selalu memukulku ketika mabuk atau Ana ketika berusaha membelaku. Aku tak tahu apa yang salah denganku. Semua tekanan masa kecil itu membawaku juga kepada botol-botol alcohol sebelum aku bertemu denganmu, 12 tahun yang lalu. Dia berubah ketika Ana, ibuku pergi untuk selama-lamanya. Penyesalannya seperti menjadi sarkofagus buat dirinya, setelah di tampar ketidahadiran abadi Ana. Jadi apakah kita adalah korban dari pecandu narkoba, atau alcohol dari orang tua kita dahulu, aku ingin kau tahu bahwa kau tidak hidup sendiri. Kau adalah malaikat bagiku”. Aku memeluknya lagi, dan membaringkannya, menyelimutinya kemudian berjalan menuju ke pintu.


“Tidurlah yang nyenyak, kelas barumu dimulai besok tepat pukul 8”, kataku. 

15 menit kemudian, aku berdiri di depan pintu menatapnya dalam keremangan cahaya lampu dan bias sinar rembulan yang jatuh tepat di atas wajahnya, balita mungilku yang beranjak remaja. “Terimakasih malaikatku, untuk kehadiranmu dalam duniaku”. 

Minggu, 28 Juni 2015

Pesan Dari Berbagai Tradisi Agama

Saya jarang pake “banget” hehe menonton TV. Kemarin pas lagi santai dan bisa pegang remote bebas menentukan channel mana yang ingin saya tonton, karena si penguasa remote lagi berendam di mata air Oemau bersama kawan-kawannya. Pas buka sekilas Global TV, lihat liputan tentang seorang ustad namanya Yuke kalau tidak salah, mantan anggota Band beraliran Rock, yang penampilannya sudah berubah 180 derajat, dari yang super gondrong, dan metal kini bersorban dengan kening kehitaman, yang menurut cerita teman-teman dikarenakan sering bersujud dalam sholat. Namun apapun itu, yang menarik adalah kesaksiannya : “Dulu kalau istri ke LN atau pergi-pergi, saya pasti bilang Yesss, dianya Gak ada, berarti bebas mau ngelakuin apa aja. Tetapi sejak saya mengenal Allah, sekarang saya selalu ingatin ke dia (istrinya) maksudnya dan juga ke diri saya sendiri, besok-besok tanggung jawab kita masing-masing lho, jadi selama hidup mari kita saling dukung untuk berbuat baik. Dan kalau saya pergi atau istri saya sedang keluar, sudah gak ada kata Yesss lagi, tapi tanggung jawabnya lebih ke Allah”. Saya tiba-tiba teringat postingan adik saya berapa bulan lalu : “Apa saja yang diperbuat pasanganmu di luar rumahmu, biarlah itu menjadi urusannya dengan Tuhan”. Intinya kurang lebih persis sama. Bedanya Ustad itu sudah tentu beragama Islam dan adik saya beragama Katolik.

Sabtu, 27 Juni 2015

Suami dengan Kecerdasan Emosional.

Data menunjukkan adanya indikasi transformasi para suami dari pasangan-pasangan yang baru menikah. Sebanyak 35% pria yang kami pelajari termasuk dalam kategori “Suami-suami dengan kecerdasan Emosional”.  Tipe suami jenis ini adalah suami-suami yang sangat menghormati dan menghargai istrinya, mereka sangat terbuka untuk mendengarkan apa yang dirasakan oleh istrinya, mengerti dunia sang istri, anak-anaknya dan teman-temannya. Dia mungkin tidak menganggapi emosi seperti istrinya, tapi dia belajar untuk bagaimana bisa terhubung dengan istrinya secara emosional. Dia membuat pilihan-pilihan yang menunjukkan bagaimana ia menghormati istrinya. Misalnya : ketika dia sedang menonton pertandingan sepak bola, dan istrinya ingin berbicara, maka dengan senang hati tanpa merasa terganggu dia akan mematikan TV dan mendengarkan.

Rabu, 24 Juni 2015

Tips Untuk Menjaga Anak Bisa Berselancar di Internet dengan Aman.

Suatu hari anak saya berkata : “Ma, buatkan kakak akun facebook kah? Teman-teman kakak sudah ada yang punya.”. “Bisa kaka, tunggu 4 tahun lagi e, soalnya om yang punya facebook tidak terima anak-anak yang umurnya di bawah 13 tahun. Masih 9 tahun toh?” jawab saya. Tanpa protes dia mengiyakan.

Nah, lalu kenapa temannya bisa punya akun?

Minggu, 14 Juni 2015

Tanyakan Pada Diri Sendiri : Apakah Kita Melakukan Kekerasan Pada Anak?

Penganiayaan : Pemadaman Empati

Di tengah hiruk pikuknya anak-anak bermain di pusat penitipan anak. Martin yang baru berumur dua setengah tahun, bertabrakan dengan seorang gadis kecil, yang langsung mulai menangis. Martin meraih tangannya, tetapi ketika sewaktu gadis kecil itu beringsut menjauh, Martin memukul lengan gadis kecil itu.

Sewaktu air mata gadis kecil itu terus mengalir, Martin memandanginya di kejauhan dan berteriak, “Jangan nangis! Jangan nagis!” terus menerus setiap kali lebih cepat dan lebih keras.
sumber ; 24hour parenting
Ketika Martin kemudian berupaya mengusap-usap tangannya lagi, gadis itu menolak. Kali ini memperlihatkan giginya seperti seekor anjing yang meneryingai sambil mendesis kea rah gadis yang terisak-isak itu.

Sekali lagi Martin mulai membelai gadis yang menangis itu, tetapi belaian-belaian di punggung dengan cepat berubah menjadi pukulan, dan Martin terus memukul gadis kecil yang malang itu meskipun gadis kecil itu menjeri-jerit.


Respon Martin yang kasar terhadap kemalangan di tempat penitipan anak itu barangkali mencerminkan dengan baik pelajaran-pelajaran yang telah diperolehnya di rumah tentang tangisan dan kesedihan ; tangis mula-mula ditanggapi dengan tindakan menghibur yang lumrah, tetapi apabila berlanjut, langkah berikutnya adalah mulai dari mengancam, membentak, hingga menampar atau memukul fisik langsung. Barangkali yang paling menyedihkan, Martin kayaknya sudah kehilangan jenis empati yang paling primitive, yaitu naluri untuk menghentikan serangan terhadap seseorang yang terluka.


Jumat, 12 Juni 2015

Meja Makan Berkisah 1

Meja makan bertubuh rata berwarna cokelat, tak bertaplak, berkaki alumunium itu hanya menjadi pajangan ruang makan kontrakan selama ini. Diletakkan berimpit dengan lemari buku yang sesak dipenuhi buku, akan semakin berimpit jika kursi pun turut serta. Dan meja makan itu hanya disinggahi ketika satu persatu penghuninya hendak mengambil makan, tak pernah ditemani kursi, berdiri kokoh dalam diam.

Sebelum meja itu hadir, biasanya beralaskan tikar bertiga kami berlesehan di kamar kos, beberapa petak keramik itu berubah fungsi menjadi meja makan.

Suami senangnya makan sambil menonton TV. Saya maklumi ketika alasannya : “Papa kan tidak pernah menonton TV, jadi waktu nonton berita adalah saat makan saja. Jadi kakak tolong mengerti yah”. Maka dengan sukarela anak saya akan menyerahkan remote TV kepada papanya, tanpa uh atau eh seperti omelannya ke saya ketika saya meminta mengganti channel yang pas kebetulan terlihat di sela jeda iklan.

Pernah seseorang berkata kepada saya : “Dunia makin modern. Teknologi makin canggih. Tayangan TV makin beragam. Keluarga-keluarga masa kini tidak seperti keluarga di jaman kami dahulu, yang duduk mengitari meja makan ; tua muda duduk makan bersama-sama bercerita tentang segala hal yang mereka punya. IKatan batin antara anggota keluarga juga terjalin di tengah keluarga. Sekarang dimana-mana sama, bapak dan mama ambil makan ke depan TV, anak ambil makan ke depan laptop bermain game, masing-masing sibuk dengan teknologi”.

Suatu hari saya meminta suami saya untuk memindahkan lemari buku ke ruangan lain, biar lengang dan bisa dimanfaatkan sepenuhnya sepetak 3x2 m2 itu. Taraaaa lengang sudah kini dan ruang makan. Saya kemudian mengumumkan : “Mulai sekarang tidak ada yang namanya makan sambil nonton yah, semuanya harus di meja makan”. Permintaan itu disanggupi hanya sebatas jawaban : “Iya, Ma’. Hari pertama dan kedua Jericho masih protes karena kesukaannya adalah menonton Upin Ipin sambil makan, dengan nasi-nasi berjatuhan di lantai, dan terakhir dia saya selalu minta untuk membersihkan sisa-sisa nasi itu, tak ada pembantu soalnya!.” Hari ketiga ketika hendak makan siang sambil menonton TV, saya berkata : “Kakak mau makan? Makan disini saja mama temani yah?”. Awalnya dia ogah yang akhirnya duduk juga. Saya mulai bertanya ; “Bagaimana di sekolah tadi……?” dan cerita pun mengalir bak air.

Minggu-minggu penyesuaian telah berlalu, kini meja makan adalah tempat kami bertemu, duduk bersama di pagi, siang dan malam hari. Ada banya cerita kenangan, cerita lucu, curahan hati seorang anak berumur 9 tahun yang mengejutkan, sampai trending topic jadi bahasan (biasanya ini di antara saya dan suami, biasanya di makan pagi, selesai mengantarkan anak ke sekolah).
Lalu waktu makan adalah waktu yang selalu saya tunggu-tunggu. Menyenangkan bisa mendengarkan semua cerita-cerita suami dan anak. Saya biasanya menjadi pendengar setia yang merekam semua isinya untuk dijadikan cerita.

“Ma, tadi kami belajar kitab keluaran tentang 10 perintah Allah. Jadi ma, Membunuh itu ada dua macam. Membunuh secara fisik dan membunuh secara rohani. Kalau secara fisik biasanya itu ma, orang datang lalu buat orang mati. Kalau membunuh secara rohani biasanya dengan kata-kata dan bisa juga jadi membunuh secara rohani”, kata Jericho.

Saya : begitu kah. Lalu membunuh secara rohani itu bagaimana?

“Membunuh secara rohani, kalau kita mengejek orang, mengata-ngatai orang, jadi bikin orang emosi toh. Akhirnya orang itu jadi kepengen bunuh yang ejek dia Ma. Kalau dia tidak bisa tahan emosi akhirnya dia bisa jadi membunuh juga”, jawabnya Jericho. ( ada ceritanya J)

Atau cerita papa :
“Dan Jeri tahu, kenapa sampai saat ini papa menyesal dan bahkan sampai mati penyesalan itu akan papa bawa?”

Dan jawaban itu sangat mengejutkan bisa menjadi pembelajaran (belum selesai saya tulis).
Meja makan itu tak lagi sendirian, kini bertemankan tiga buah kursi dan satu meja kecil beserta kursi untuk Lodya. Meja makan itu tak lagi melulu sunyi, ada kisah sedih, ada tawa, ada arahan, ada pembelajaran, di tiga waktu berbeda efek rotasi bumi terhadap sang Mentari.

Ketika suami sedang sibuk-sibuknya dengan pekerjaannya, waktu bertemu di malam hari yang juga tak begitu lama, kami masih punya total 45 menit, untuk duduk bersama dan berbagi cerita.
Saya harus mengakhiri tulisan ini, untuk menyambut waktu 15 menit di pagi hari nanti. J.

Selamat pagi teman-teman, buat yang belum memanfaatkan waktu makan sebagai waktu efektif untuk berkumpul dan berbagi cerita bersama anggota keluarga, mari kita mulai sejak hari ini. Beberapa petak lantai untuk lesehan juga tak apa, namun ada baiknya tanpa tontonan TV sehingga semua anggota keluarga bisa saling mendengarkan di saat itu. Rasanya Indah.


Saya jadi ingin sekali merangkum semua cerita itu menjadi sebuah buku, 

Apakah Anak Anda juga di Bully?

“Anak polisi mah bodok”, begitu ma kata teman-teman ke salah satu temannya. “Kakak kasihan mama sama dia, pernah sekali dia menangis gara-gara di ejek teman-teman”, ceritanya.

Suami saya langsung mendongakkan kepala, ketika baru saja hendak menyuapkan nasi itu ke mulutnya. “Lalu kakak juga ikutan mengejek?”, tanya suami. “Tidak papa, biasanya kakak hanya diam saja. “Jangan yah kak, begitu juga dengan kakak, mau bermain seperti apa dengan teman, tidak boleh bawa-bawa nama orang tuanya, orang tua lagi kerja di kantor koq di bawa-bawa”, lanjut suami menasihatinya. Saya sendiri juga kaget, sampai sebegitunya kah, bullying verbal itu terjadi.

Pernah sekali saya dan si sulung berdiskusi tentang satu hal. Dia menemani saya mencuci pakaian. Diskusi itu berakhir dengan ngambek-an karena saya tidak mengijinkan permintaannya untuk bermain di sekitar kali, bersama teman-temannya. 

Sembari mencuci saya berpikir, “Ah mungkin saya terlalu kasar dengannya”. Saya panggil-panggil tak ada jawaban. Saya pun menyusulnya, belum beberapa langkah saya berjalan, anak lelaki saya sedang duduk di lantai di bawah kulkas. Saya memeluknya sambil berkata :

Sabtu, 06 Juni 2015

Anak Dua Tahun Yang Cepat Menyerap

Brrrmmm brrrmmm,  deru sepeda motor keluar dari bibir kecilnya. Dia menghampiri saya dan berkata : “Ma, naik motor Ma. Bye bye Mama”. Saya tersenyum dan membalasnya : “Bye Bye Lodya. Be safe yah”.
Sambil mengendarai motor tak bermesin dia balik dan berkata sambil tersenyum : “See You, Ma”.
Saya yang baru saja melanjutkan bacaan, mendongakkan kepala dan speechless.
“This tiny little girl who is acting like sponge has two big ears than she has in real. So Mommy gives her plenty great words to listen to”

Gadis kecil yang baru saja menginjak usia 2 tahun, persis seperti Spons. Begitu cepat menyerap apapun yang dikatakan orang-orang sekitarnya. Menurut penelitian anak-anak balita yang orang tuanya sering membangun komunikasi dengan mereka, memiliki kosakata yang banyak. Obrolan sangat membantu mereka untuk menebalkan kamusnya.

Beberapa cara untuk mendorong anak 2 tahun untuk menemukan kalimat-kalimat mereka :

  • ·         Gunakan kalimat dalam setiap jawaban untuk permintaan mereka : “Ade mau mama buatkan susu kah?” “Ade mau mama bantu pakaikan kaus kaki kah?” “Ade, mau belajar. Mau kakak ambilkan kertas kah?”

·          
  • ·         Anak 2 tahun belum mengerti grammar. Ulangi apa yang di katakannya dengan kata yang benar. Siang itu saya kebingungan, ketika bermain tiba-tiba Lodya menangis sambil meringis : “Ma, musu ma..Musu..gigi…” saya bingung musu nih apa lagi…? Jeritannya makin keras. Dan ketika mata saya menangkap langkah semut merah di kakinya barulah saya mengerti : ‘Digigit semut kah Ade…?” “Musu, Ma gigi..H hingga sekarang dia masih mengucapkan “Musu” dan saya tak henti mengoreksinya “Semut” ade…J


  • ·         Jangan memaksa anak Anda untuk mengulang keseluruhan kalimat.

Botol susu itu sudah habis. Lodya menyodorkn botol ke saya ; “Ma, susu Ma. Bambah…”. Saya mencoba mengoreksinya :
Saya : “Coba ade bilang :”Mama, ade mau susu lagi Ma..” Coba bilang
Lodya : bilang
Saya : bukan ade…”Mama, ade mau susu lagi”. Coba Bilang
Lodya : Bilang.
Saya : bukan ade…”Mama, ade mau susu lagi”. Coba bilang
Lodya : Bilang.
Sampai seribu kali juga polanya mesti sama. Akhirnya kami berdua tertawa….

  • ·         Bacakan cerita lebih sering, dan tanyakan anak apa yang dilihatnya dalam buku atau apa yang akan terjadi seterusnya.

Lodya hanya memiliki beberapa buku kecil miliknya sendiri. Biasanya ketika kakaknya membaca dianya juga pasti repot mencari bacaannya. Biasanya kalau minta dibacakan buku dia akan memanggil saya, papanya atau kakaknya.
“Ma, sini ma. Buku….”, katanya. Atau jika saya sedang sibuk dan dia sedang bersama kakaknya : “Kaka, buku ka..” Ketika saya membacakannya sebuah waktu itu, dan sebenarnya lebih focus ke menunjukkan gambarnya sambil bercerita. Disitu ada gambar beberapa anak lagi minum teh. Dia sedang memperhatikan dengan teliti ketika saya mencuri pandang dengan ekor mata. Tiba-tiba dia berseru sambil menunjukkan gambar teko teh dan gelas : “Ma, teh ma”. Lalu menyebutkan benda-benda yang ada di gambar itu : “kursi, duduk, bola, masak”.


Kemarin siang, dia sedang sibuk dengan sebuah baskom kecil yang isinya cetakan bolu kukus saya dan dua senduk di kedua tangannya. Berpura-pura sedang memasak, tangan kecil seperti sedang memutar balik adonan, (tuh kan spongy benar, tiru saya benar-benar..hihihi..). Saya memperhatikannya tapi sambil pencetin hp. Dia menyuapi saya ; “Ma, kopi ma….panas…tiup ma”. Sambil mengebas-ngebaskan tangannya. Dia mengaduk lagi, dan menyuapi saya kemudian. “Ma, kopi ma”. Saya turunkan hp saya lau menerima suapannya. Ketika dia lanjut memasak, saya lanjutin lihat hp. Dia balik lihat ke saya : “Ma, Hape ma….” Saya kira mau dia pakai main game, ternyata hape itu ditaruh di samping tempat dia duduk. Melanjutkan masak dan berkata  : “Ma, main ma. Masak Ma..”

Oooohhh, my little baby girl.  Dia ingin waktu saya yang hanya untuk dirinya sendiri. Bermain dengannya dengan seluruh perhatian hanya untuknya. Kalau mama sambil pegang hape, tidak seru. Jawaban mama, paling “oh iya…hmm baik su…”.singkat saja..

So, Moms. Mari kita berikan waktu kita lebih banyak lagi untuk putra dan putri kita……





Puisi Untuk Bunda

Bunda, masih kuingat
Dengan sepeda ontel butut,
aku turut serta kemana pun Bunda  pergi menjajakan dagangan.
atau dengan berat hati terpaksa dititipkan kepada kerabat.
Bunda, hidup sangat sulit di masa itu,
Namun Bunda selalu ada untukku. 
Hidup juga sangat sulit saat ini,
Dan aku ada disini, 
Untuk menemani Bunda
itu cerita Bundaku untuk Bundanya

Bagiku kalian luar biasa.
Tutur katamu memang tak lembut.
hatimu bahkan tak mampu berkelit,
dari kasih yang menggeliat,
dari setiap kata tidak yang terbit.
Kalian berdua adalah wanita hebat.

semakin tua aku semakin memikirkan ibuku.
Tuhan berikan umur panjang, 
berikan aku kesempatan untuk membahagiakan mereka

#semakin tua aku semakin memikirkan ibuku.




Selasa, 02 Juni 2015

Hanya Untuk Hari Ini Saja

Hanya untuk hari ini saja, aku berusaha untuk mengarungi jalannya hari, tanpa menginginkan bahwa aku dapat menyelesaikan problem hidupku sekaligus.

Hanya untuk hari ini saja, aku akan benar-benar memperhatikan, agar aku sopan dalam tingkah lakuku, ya aku tak ingin berlelah-lelah untuk mengoreksi dan memperbaiki siapapun kecuali diriku sendiri.

Hanya untuk hari ini saja, aku ingin merasa pasti bahwa aku diciptakan untuk menjadi bahagia di dunia ini dan bukan di dunia lain.

Hanya untuk hari ini saja, aku akan menyesuaikan diri pada keadaan, tanpa menuntut bahwa keadaan itu akan meyesuaikan diri pada keinginanku.

Hanya untuk hari ini saja, aku akan meluangkan diri untuk membaca bacaan yang berguna, seperti makanan perlu untuk hidup,demikian pula bacaan yang baik perlu untuk kehidupan jiwa.
Hanya untuk hari ini saja, aku akan berbuat baik dengan sekuat tenaga, dan aku takkan menceritakannya kepada siapapun juga.

Hanya untuk hari ini saja, aku akan mengerjakan sesuatu yang sesungguhnya, tidak menggairahkan untuk dikerjakan, jika aku harus terhina dalam pikiranku, aku harus berusaha agar orang lain tidak mengetahuinya.

Hanya untuk hari ini saja, aku akan tekun menjalani rencanaku, mungkin aku tidak setia untuk menekuninya, tapi aku akan tetap mengusahakannya. Dan aku akan menghindari dua hal jelek ini : Ketergesa-gesaan dan kesembronoan.

Hanya untuk hari ini saja, aku akan yakin-bahkan jika keadaan menunjukkan yang sebaliknya bahwa Tuhan akan selalu memperhatikan aku, sedemikian rupa sampai seakan-akan tiada orang lain yang diperhatikan-Nya selain aku.



Senin, 01 Juni 2015

DIRGAHAYU PANCASILA

Pagi ini ketika membuka facebook, melihat status ka Ignas Iryanto, tersentuh sekali dengan tulisan ini, maka saya meminta untuk copas.  (Saya copas dari tulisan adik Robert Eppedando di milis Forsab Flobamora)

Arthur Ashe, pemain Wimbledon legendaris, sekarat, karena AIDS yang berasal dari darah yang terinfeksi virus ketika operasi jantung pada 1983.
Dia menerima surat dari para penggemarnya. Salah satu dari mereka menyampaikan:
"Mengapa Tuhan memilih Anda untuk mendapatkan penyakit yang buruk seperti ini?"
Terhadapnya, Arthur Ashe menjawab:
"1. Lima puluh juta anak mulai bermain tenis,
2. Lima juta dari mereka belajar bagaimana bermain tenis,
3. Lima ratus ribu belajar tenis secara profesional,
4. Lima puluh ribu bertanding dalam turnamen,
5. Lima ribu mencapai Grand Slam,
6. Lima puluh mencapai Wimbledon,
7. Empat mencapai semifinal,
8. Dua mencapai final.
Ketika saya menggenggam pialanya, saya tak pernah bertanya pada Tuhan, "Kenapa (harus) saya?"
Jadi, ketika sekarang saya sakit, bagaimana bisa saya menanyakan kepada Tuhan, "Kenapa (harus) saya?"
-------------------------------------------------***
Kebahagiaan membuatmu tetap manis.
Cobaan membuatmu kuat.
Kesedihan membuatmu tetap menjadi manusia.
Kegagalan membuatmu tetap rendah hati.
Kesuksesan membuatmu tetap berpijar.

Namun, hanya IMAN yang membuatmu tetap meLANGKAH.

Kadang, engkau merasa tidak puas terhadap kehidupanmu, sementara banyak orang di dunia ini memimpikan bisa hidup sepertimu.

Anak kecil di ladang memandang pesawat terbang di atasnya, dan memimpikan bisa terbang.
Tetapi sang pilot di pesawat itu memandang ladang di bawahnya dan memimpikan bisa pulang ke rumah.

Begitulah hidup.

NIKMATI saja hidupmu.

Jika kekayaan adalah rahasia kebahagiaan, tentu orang-orang kaya akan menari riang di jalanan.
Tapi, hanya anak-anak miskinlah yang melakukannya.

Jika kekuatan memang menjamin keamanan, tentu orang-orang penting akan berjalan tanpa pengawalan. 

Tapi, hanya mereka yang hidup sederhana yang bisa tidur nyenyak.
Jika kecantikan dan kepopuleran memang membawa kita pada hubungan yang ideal, tentu para selebriti pasti punya perkawinan yang terbaik dan paling ideal dunia, karena serba mewah dan terkenal.

Hiduplah SEDERHANA.
Berjalanlah dengan RENDAH HATI.
Mencintailah dengan TULUS.

"Selamat Hari Raya PANCASILA"

"DIRGAHAYU Pancasila....."

1 Juni 2015

Mari sama-sama menjadi INSAN PANCASILA yang selalu berSYUKUR, SEDERHANA, TULUS, dan RENDAH HATI.

SALAM PANCASILA.

(robert eppedando)



"Yang Terkecil Dari Saudara-Saudaraku"

“Apa saja yang kamu lakukan bagi yang paling kecil dari saudara-saudara-Ku, kamu melakukannya untuk-KU.”

Definisi kemiskinan terbentang luas dalam peristilahan ibu Theresa. Ibu Theresa mendefinisikan ‘yang terkecil dari saudara-saudaraKu’ sebagai berikut :


Yang lapar dan kesepian , tidak hanya akan makanan tetapi juga akan sabda Allah ; yang haus dan yang bodoh, tidak hanya akan air tetapi juga akan pengetahuan, damai, kebenaran, keadilan dan cinta ; yang telanjang dan yang tidak dicintai, tidak hanya soal soal pakaian tetapi juga akan martabat manusia; yang tidak diinginkan, anak-anak yang belum lahir, penentang diskriminasi rasialis, kaum tuna wisma dan orang-orang terbuang, mereka tidak hanya butuh rumah yang tersusun dari batu bata tetapi juga sebuah hati yang memahami, yang melindungi, yang mencintai ; yang sakit , yang melarat, yang hamper mati dan para tawanan – tidak hanya secara jasmani tetapi juga pikiran dan jiwa ; mereka semua yang telah kehilangan segala harapan dan iman dalam hidup, kaum alkoholik dan pecandu obat-obatan, dan mereka semua yang kehilangan Allah (Karena bagi mereka Allah adalah masa lampau, padahal Allah adalah saat ini dan di sini ini), dan yang kehilangan segala harapan akan Roh Kudus.”

Dan semoga kami selalu peka akan kehadiran-Nya.