Kamis, 07 Mei 2015

Bernyanyi

Saya suka sekali menyanyi dan salah satu mimpi saya yang harus saya tinggalkan adalah menyanyi. Dahulu waktu di SMPK Ndao, pas ada acara apa begitu, di tunjuk untuk membawa acara salah satunya adalah menyanyi. Dan satu kebohongan yag saya dengar dari kakak kelas saya dan bodohnya saya malah mempercayainya adalah : “Suaramu Jelek, tidak usah menyanyi”. Sejak saat itu saya mulai bernyanyi dengan pelan hampir tak terdengar, malu. 

Tapi keinginan untuk menyanyi seperti terus memanggil. Maka terus mendengarkan lagu dan bernyanyi. Bernyanyi untuk diri sendiri.

Yogyakarta. Kehilangan focus yang saya pikirkan hanyalah bernyanyi. Naik turun bis ngamen sama abang-abang pengamen ; nyanyikan lagu yang sedang naik daun waktu itu “You’re still the One”. Dll. Salah satu abang itu suaranya bagus benar dan dia ahli menyanyikan lagu-lagu latin, lalu banyak hal saya pelajari dari mereka. Saya mulai bertanya pada siapa saja, ka Eddy Due Woi, Thamrin. Belajar cengkokan dari Janet Wa’u, Angky Febrian, Mercy Dala, Eman Lale sewaktu berlatih bersama untuk audisi Indonesian IDOL di JEC, dan sempat ikut kursus vokal tapi tak lama tapi sedikit banyak ada yang terserap. Yang paling mengesankan adalah ketika bernyanyi bersama dalam tanggungan KOOR warga Janti di malam Natal, ada Mabes, dan masih banyak yang lain.

Ke Jakarta, bertemu om Yos, lihat performnya om Hans membuat saya jadi semakin haus untuk berlatih bernyanyi. Salah satu nasihat mereka, adalah “Bernyanyi harus lepas, jangan ditahan, belakangan baru saya mengerti ; bernyanyi dengan hati, dan vocal  yang keluar sangat tergantung pada bentuk mulut kita ; jadi jangan takut tampak jelek.” Jamannya AFI mba Bertha jadi juri, lalu saya bermimpi kapan bisa di mentor oleh wanita berbobot itu yahJ

Lalu sekarang ada Azizah. Selama ini lihat status teman-teman yang membicarakan kontestan KDI. Belum pernah nonton juga, tiap kali duduk depan TV pasti sudah selesai. Semalam ada yang puku paka depan TV. Saya terbangun untuk membuatkan susu buat Lodya.

 “Ma, ini KDI yang dong bilang Azizah orang Maumere”. Kata suami. “Oh yah, sudah nyanyikah dia?” tanya saya. “SUdah Ma, sedang di nilai”, jawab suami. Ketika saya kembali kebetulan mba Bertha sedang memberikan penilaian. Masukkan dari Mba Bertha itu seperti pengetahuan baru buat saya. Ketika menyanyikan lagu-lagu up-beat dengan jarak antar kata yang sangat sempit, teknik diperlukan biar tidak kedodoran kata mba Bertha”. Wah keren sekali.

PAgi ini suami pulang sarapan dan kembali membahas Azizah, hebohnya komentar-komentar pedas terhadap Mba Bertha dari sahabat-sahabatnya di Maumere.

Dan kami sampai pada satu kesimpulan : “kasihan e, harusnya pendukung Azizah melihat semua komentar pedas mba Bertha itu sebagai suatu apa yah dorongan, motivasi, ilmu baru yang perlu di perhatikan dan ditampung dan dipraktekan. Dalam hidup kita memang membutuhkan penilaian-penilaian jujur seperti mba Bertha, yang berani ngomong langsung tentang kekurangan kita, tanpa ada perasaan nanti yang diberikan kritik tersinggung atau apalah-apalah. Dan buat saya sendiri  yang namanya belajar harus punya sikap rendah hati, kalau lagi belajar kita sudah merasa sudah lebih pintar dari yang yang memberi pelajaran, hah kapan baru bisa maju.”

Atas dasar sama-sama merasa dari Flores, sebagai Fans yang baik mari kita juga menerima semua kritik pedas itu sebagai sesuatu yang baik dan membangun buat AZIZAH.

Hidup Mba Bertha, Hidup AZIZAH, Hidup Maumere, Epang Gawang…!

Saya sekarang hanya seorang ibu rumah tangga, yang masih terus bernyanyi memujiNYA dan bernyanyi untuk anak-anak saya selalu J



Tidak ada komentar:

Posting Komentar