Senin, 08 Desember 2014

Just A Note

Lupakan kejadian-kejadian lama yang dalam pikiran kita tidak seharusnya itu terjadi - kita tidak dapat merubah apa yang sudah terjadi atau mengapa sesuatu itu tidak terjadi di waktu lalu.

mengingat hal-hal yang sudah lalu, kejadian yang menyakitkan membuat kita jadi lupa bersyukur. Kita terus bertanya Tuhan dimana, saya sudah berdoa setiap hari, baca firman tiap hari tapi kenapa keadaan tidak berubah....?
KIta sibuk berusaha untuk merubah seseorang mengikuti apa yang kita mau, seperti apa yang ada dalam pikiran kita, hanya karena kita baca alkitab setiap hari, ke gereja setiap hari jadi merasa diri sudah pantas untuk menjudge orang, apalagi kalau orang itu pernah bersalah terhadap kita. Dan si pendosa yang terhakimi menurut ukuran manusia itu, hanya bisa diam tidak berkata apa-apa, selain terus berseru dalam kesesakkannya yang semakin sesak. 

Kita sibuk mengasihani diri, dan menjadi buta akan perubahan-perubahan kecil yang dilakukan oleh orang-orang sekitar kita yang terus berusaha untuk berubah untuk keadaan yang lebih baik.

Lalu berkata : “Saya sakit hati, saya butuh waktu dan proses untuk berubah”.
Tapi sampai kapan…? Jika saya boleh berbagi tidak mudah memang, untuk selalu “awas” terhadap pemikiranmu sendiri, mulailah dengan menyadari setiap nafas yang terhirup dan terhembuskan. Perhatikan pikiran-pikiran yang berseliweran dalam otak kita, pikirkan saja yang mulia, yang baik, yang sedap di dengar untuk bisa memerangi setiap pikiran negative yang datang.

Teori itu memang lebih mudah di perkatakan daripada dilaksanakan. Tapi teruslah memperbarui diri dari waktu ke waktu, dan lihatlah bagaimana sekelilingmu berubah.
firman-Nya : "Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari jaman purbakala. Yesaya 43 ; 18.

Note : Hendaknya firman yang kita baca dan dengar hari-hari itu di aplikasikan dalam hidup. Supaya orang yang tidak pernah baca firman, tidak pernah ke gereja bisa menjadikannya contoh.
jangan sampai dong yang tidak pernah baca firman, tidak pernah ke gereja bilang begini : katanya anak Tuhan tetapi kenapa mudah sekali mencari keributan, semudah membalikkan telapak tangan...?

Sabtu, 06 Desember 2014

Jadilah Dirimu Sendiri



Kulitnya hitam, rambutnya tak lurus tapi keriwil keriwil, bu’de dan maci-macinya lebih senang memanggilnya iting, bukan untuk maksud mengejek, tetapi lebih karena alasan memang sangat menggemaskan. Rambut yang tidak banyak dimiliki oleh anak-anak perempuan sebayanya. Bayangkan saja, kalau biasa melihat rambut anak-anak yang lurus tergerai, dan berpaling ke rambutnya, wuiih it’s amazing. Dan asli loh. Ketika akan di kuncir, beberapa ah bukan beberapa tetapi banyak helai-helai rambutnya akan menggelung bagaikan pegas. Persis pegas. Dahulu waktu dia masih berusia 3-5 tahun dia sangat tak suka menguncir rambutnya. Senangnya dibiarkan tergerai, alhasil lebih kelihatan ke gimbal-gimbal halus begitu, hehehe. Sekarang mungkin karena sudah sekolah, mulai kelihatan rapi. Terakhir waktu melihat foto yang di upload mamanya sewaktu mengisi sebuah acara di TVRI, dia kelihatan sangat anggun, dan manis. Sangat menggemaskan. Dengan bola mata yang bulat, bulu mata lentik, alis hitam tebal, dan rambut dikucir rapi, ah gadis kecilku kelihatan lain sekali, istimewa.

 Memasuki masa sekolah, bertemu banyak teman, sepertinya dia mulai merasa bahwa dirinya agak lain sendiri. Dimana secara fisik berbeda, dilihat dari warna kulit, bentuk rambut dan kelakuan agak-agak tomboy, jika dibandingkan dengan kawan-kawan sebayanya yang kebanyakan berambut lurus, kulit putih, dan gaya bicara yang halus lembut. 
 Dan di suatu waktu di tengah menikmati waktu berkualitas bersama sang mama.
Terjadilah percakapan berikut :

A : “Mama, b pung kawan (sebut saja) Thalia tuh cantik e Ma.”

M : “Ah iya kah…Kakak juga cantik.”

A : “Sonde Mama, Thalia tuh cantik. Dia pung kawan banyak. Dia putih, rambut lurus, bicaranya juga halus. Dong sonde mau bekawan deng beta. Kakak pengen cantik seperti Thalia”.

M : “Oh begitu. Nah Kakak ada teman kah sonde di sekolah?”

A : “Ada mama. Sebut Saja Cindy. Dia selalu bermain dengan beta”.

M : “Ok kalau begitu jadi teman yang baik buat Cindy saja sudah. Dan Mama lebih suka lihat kakak yang seperti ini. Kalau kakak berubah cantik jadi seperti Thalia, berarti mama sonde kenal lai, karena bukan Kakak nah, bukan mama punya anak. Jadi saja Kakak yang seperti ini saja mama sudah senang. Dan ingat apa yang mama selalu bilang : Cantik dan Jelek itu tidak penting, yang penting itu hati”.

A : “Begitu ko Ma”.

M : “Iya”.


Dan aku disini berperan sebagai pendengar. Terharu, bangga, senang dan sejuta perasaan bahagia seketika melingkupi diriku. Oh iya percakapan mama dan anak ini aku dengarkan sejak hari Jumat lalu. Ini adalah hal-hal kecil tapi berdampak luar biasa bagi perkembangan anak. Dia adalah adik perempuanku ; dengan sangat cerdas mampu menanamkan rasa PD kepada anak perempuannya dengan penjelasan yang sangat sederhana. Ingin memeluknya saat itu juga, tapi kami terpisahkan ruang dan waktu. 


Terima kasih adikku sayang, cerita ini adalah cerita kita. Cerita sebagai seorang mama dari dua orang anak. Bagaimana melihat anak-anak kita bertumbuh. Cerita ini bukan cerita biasa buatku. Cerita ini terus terngiang di telingaku, cerita ini terus menggelitikku dalam refleksiku. Betapa sering aku berusaha menjadi orang lain dengan berlaku sebagai a people pleaser daripada harus menjadi diriku sendiri.

Dirimu hebat sayang sebagai seorang mama yang juga bekerja. Bagaimana kau berjuang untuk kehidupan rumah tanggamu, keluargamu dan anak-anakmu. Belajar menjadi bijak tanpa aku sadari sebagian besar bagian proses itu adalah hasil dari penyerapan sari dari sharing-sharing kita…


Dalam percakapan kami yang lain ketika aku galau memikirkan nasib masa depanku - dia menguatkanku dengan berkata : “Dan Tuhan berkata, pelan-pelan saja, nikmati prosesnya semua ada waktunya”.  

Adik perempuanku ini jarang baca alkitab ; tapi bisa kupastikan imannya akan Kristus tercermin dalam setiap kata-kata dan sikapnya. Memilikinya sebagai seorang adik adalah juga berkat terindah dari-Nya. Dan betapa aku bersyukur untuk itu. 


 Dalam sikap kekanak-kanakan kita sering bertengkar, berebut mainan, beradu argument, berita baiknya setelah melalui semua itu kita bisa menjadi solid sebagai saudari , sahabat dan teman itu luar biasa.

Salam Sayang untuk anak-anak e, Maci.

I love you so much, dear….


Note : Kami tumbuh bersama dan aku menjadi penerjemahnya ketika usianya menginjak 5 tahun waktu itu  dia belum lancar berbicara. Kalau ke kios hendak membeli sesuatu maka aku harus mengikutinya membantu menerjemahkan apa yang keluar dari mulutnya. Pentang pentung, neng nong, onco onci onco dll hehehe. Pernah sekali di sekolah ; kami beda setahun aku duduk di bangku kelas II dan dianya di kelas I. Ketika selesai apel, ada yang memanggilku kata teman : “itu lihat adikmu menangis”. Aku pergi menghampirinya dan dia memang menangis, kebingungan membolak balikkan sepatu di kakinya ; berusaha mencocokan sepatu itu di kedua kakinya, sayang tak berhasil. Dan ketika kuperhatikan baik-baik bagaimana mau padu padankan jadi sepasang kalau sepatu yang dia pakai itu kiri-kiri. LOL.

Jika dahulu aku menjadi penerjemahnya kini dia seperti menjadi guide dan seseorang yang memegang tanganku, salah satu tempatku berkeluh kesah.

Mobil Mainan



Wajahnya sedih, di sudut lemari kaca mini market ; dia berdiri menyudut dan menciut sedih dan galau. Setelah beberapa detik yang telah lewat dia berdiri di samping saya yang sedang memilah-milah yang hendak di beli dan berkata : “Ma kaka boleh minta hotwheel le….”. Tanpa menoleh saya hanya berkata : “Hmm kaka sudah tahu jawabannya kan. Hotwheel yg kemarin mama belikan ada dimana…? Hilang kan…? Pokoknya kalau kakak tidak bisa hargai barang, mama tidak akan belikan lagi. Pembicaraan selesai oooo…”. Yang artinya saya tidak ingin mendengar rengekan lagi. Dan dia mengerti.

Sejenak saya merasa begitu kejam, dan hampir menyerah dengan keputusan saya. Melihatnya berdiri menyandar di kaca di sudut toko, berusaha menyembunyikan tangisnya, dengan wajah yang sama sekali tak ceria seperti biasa ; semakin membuat saya merasa pedih. Tapi ah tidak, biar saja. Supaya kakak tahu menghargai uang dan barang. 

Rabu, 19 November 2014

SAYUR GORENG



Setelah beberapa hari tak update blog. Hari ini saya mencoba berbagi resep. Tak ada ikan, tak ada tahu atau tempe. Yang tersisa cuma sebutir telur dan sayuran. Wortel, terung, dan pepaya muda yang sudah diris-iris korek api. Bingung mau ditemani apa tumis sawi ini.
Semalam saya sempat membaca beberapa lembaran buku Menu Sehat terbitan IPH. Ada satu menu yang di namakan sayur goreng. Bahan-bahannya wortel, buncis dan terong. Kelihatannya tidak susah dan pengen tahu juga sih, seperti apa rasanya sayur goreng.
Di cara membuatnya wortel dan buncis di kukus terlebih dahulu barulah di iris-iris memanjang. Karena saya tak punya buncis, tapi punya irisan memanjang pepaya muda, jadi saya ganti saja buncis dengan pepaya muda. Nah,pepaya muda ini sudah diiris-iris tapi belum dikukus. Yah sudah saya iris-iris saja sekalian wortelnya. Lalu irisan sayuran ini saya rebus sebentar hingga setengah matang. Ukuran banyaknya sayuran 1 mangkuk.

Kamis, 13 November 2014

Belajar Lewat Lagu



Jumpa lagi...Pengen nyapa ibu-ibu RT yang membaca.Kenapa ibu-ibu rumah tangga? Soalnya saya juga seorang ibu rumah tangga yang kebetulan punya alat buat ketak-ketik dan juga sebuah modem jadi bisa di share deh ke dumay. 


Belakangan ini memang saya lebih sering menulis tentang perkembangan anak-anak, tentang perasaan saya sendiri menjadi seorang ibu. Intinya lebih ingin berbagi. Saya sendiri bukan seorang guru, atau seorang berpendidikan tinggi, saya hanya seseorang yang tertarik dan takjub melihat bagaimana balita dan anak-anak bertumbuh. Lagian hari-hari di rumah saja, mau ngapain juga coba. Main ke rumah tetangga, malas ah. Bawaannya nggosip dan ngomongin ngalor ngidul, mending di rumah, ngobrak ngabrik buku, dan menulis. Tentunya sambil menjaga si balita, dan harus sebentar-sebentar berhenti, harus tanggapi panggilan Mommaa, dari balita yang tontonannya berhenti tiba-tiba, yang dikliknya tombol pause nah ; jadi tak bisa habiskan dalam sekali duduk..:D:D.


Kali ini saya mau berbagi sedikit cerita tentang belajar Bahasa Inggris. Punya anak usia 8 tahun dan sudah mendapat pelajaran Bahasa Inggris di sekolahan itu sesuatu banget. Secara jaman kita es-de dulu

Minggu, 09 November 2014

Rempeyek Kacang


Rempeyek Kacang

Rempeyek kacang. Nikmat dimakan bersama nasi atau untuk jadi camilan. Suami, anak-anak termasuk sangat senang dengan rempeyek. Sekali beli 10rbu untuk 5 kantung yang isinya Cuma 2 rasanya tak cukup banyak. Selama ini pengen sekali bisa membuatnya, tapi belum kesampaian. 


Kemarin waktu telp. Mama di Ende, mama sedang makan rempeyek ; tapi beli. Semakin besar keinginan saya untuk bisa membuatnya. Tapi bagaimana,

Jangan Bilang Aku Bodoh



Rasanya masih terlalu pagi untuk beranjak dari pembaringan; pengen tidur terus. Jam 4 subuh, geliat tubuh balitaku membuatku terbangun, dan sebelum geliat tubuhnya pecah menjadi tangisan aku bangun dan membuatkannya susu formula. Beberapa menit kemudian dia kembali tertidur dengan dot di mulutnya. Pada saat seperti ini saya dihadapkan pada dua keputusan tidur kembali untuk 30 menit ke depan dan akan ada kepanikan di mana-mana, ketergesa-gesaan dalam menyiapkan sarapan, menyiapkan keperluan anak dan suami, atau bangun saat ini juga dan memulai aktifitas. Bangun…..!

Udara masih belum juga hangat, langit sedikit terang tetapi belum terang benar, seperti masih menyiapkan peraduan untuk sang mentari. Sedikit perputaran bumi entah berapa derajat lagi ke timur, pantulan mentari sudah pasti akan menghangatkan bumi ini, teriknya lebih cepat terasa di jam 9 ; super terik akan menggantikan tempatnya terik dan membuat penghuni bumi seperti terpanggang kepanasan.

Sayup-sayup dari jauh terdengar alunan musik “sakitnya tuh disini”, rupanya tetanggaku juga sudah bangun. Tak lama kemudian dari tempatku berdiri mencuci piring, terdengar bentakan yang jelas sekali “Dien, lu nih bodok mau mati e”.

Jumat, 07 November 2014

"Biar Adik Yang Mengangkatnya, Ma."

Waktu membaca adalah waqktu yang benar-benar terselipkan di antara kegiatan-kegiatan yang lain. Ada satu bacaan yang ini sekali saya baca pagi tadi, saya menoleh ke samping si batita itu sedang asyik menonton, good setidaknya ada waktu 10 menit ke depan sementara dia asyik menonton. Tapi oh tidak, saya tak mungkin mengabaikan rasa lapar yang mulai menggelitik organ dalam perutku. Maka saya menuju ke meja makan dan menikmati sarapan, sambil membaca dan si batita masih asyik menonton.

Tidak terasa makanan itu sudah berpindah tempat melalui kerongkongan, terus ke tempatnya dia harus dicerna untuk menjadi energi.

Rabu, 05 November 2014

Sayang Mama



Semalam mama menelpon :
Mama : Lagi buat apa kau, Yanti.
Saya : Lagi temani Jeri belajar nih Ma, Lodya ju ikutan belajar, kami ngungsi ke kamar soalx ka Sonny lagi kerja. Mama lagi apa…? Sudah Makan….?
Mama : ini lagi duduk rame2, kami lagi makan gorengan ubi tatas Roda Baru.
Saya : hem hobi e kasih ngiler….Saya tadi buat ubi tatas ju Ma, 1 piring penuh su hbis, Jeri suka nah.
Mama : ko kerja sendiri2 kah..? Pake pembantu tidak?
Saya : hahae, tidak pake pembantu mama e, kerja sendiri saja.
Mama : Repot pasti e….
Saya : Repot kalau anak-anak sakit,  atau saya yang sedang tidak enak badan, selebihnya tidak e...Dinikmati saja e Ma. Ko ada kerja berat apa ju…?
Mama : iya begitu sudah…
Lalu dilanjutkan dengan sharing topik yang lain. Dan Klik telp. Berakhir.

Mama, sudah pasti lebih capek ketika mengurus kami dahulu, mengingat saya dan Indri (nama adik persis dibawah saya) jaraknya dekat. 

Mama, saya jarang katakan ini tapi sejak saya merasakan penat di sekujur tubuh saya, atau otot-otot kaki yang saling membelot,

Rabu, 29 Oktober 2014

11 ATURAN PENTING Nanny 911

Salah satu acara favorit saya selain Oprah adalah Nanny 911. Sayang saya tak tahu di channel mana serial itu di putar. 

Pertama kali menonton acara itu, takjub melihat bagaimana disiplin dan hukuman berupa time out, diterapkan di rumah yang sebelumnya penuh dengan teriakan, perkelahian antara anak-anak, orang tua yang tidak sejalan yang membuat anak-anak bingung harus mendengarkan siapa, bapak atau mamanya..?

Pagi tadi saya mencoba membuka-buka halaman buku Nanny 911, dan menemukan ini di halaman xxiii. Menurut saya semuanya bagus untuk diterapkan di rumah, jadi saya mencoba membagikan “11 Aturan Penting Nanny 911” disini :

11 ATURAN PENTING Nanny 911

BERSIKAP KONSISTEN
Tidak artinya tidak. Iya artinya iya.

SETIAP TINDAKAN PUNYA KONSEKUENSI
Tingkah laku yang baik mendapat imbalan. Tingkah laku yang buruk mendapat hukuman.

KATAKAN APA YANG ANDA INGINKAN DAN BENAR-BENAR ANDA INGINKAN
Berpikir sebelum bicara-atau rasakan akibatnya.

ORANGTUA BEKERJA SAMA SEBAGAI SATU TIM
Kalau Anda tidak setuju salam satu hal, anak Anda tidak akan tahu siapa yang harus dia dengarkan—hasilnya mereka tidak akan mendengarkan siapa pun.

JANGAN BERJANJI JIKA TIDAK BISA DITEPATI
Kalau Anda mengatakan kepada anak-anak bahwa mereka akan pergi Disneyland, lebih baik Anda mulai berkemas-kemas.

DENGARKAN ANAK-ANAK ANDA
Akui perasaan mereka. Katakana “Ayah/ibu mengerti” dan “Ayah/ibu mendengarkan kamu’ – kemudian luangkan waktu untuk mengerti dan mendengar.

TENTUKAN RUTINITAS
Rutinitas membuat anak-anak merasa aman dan memberi struktur terhadap waktu yang mereka miliki.

RASA HORMAT BERLAKU DUA ARAH
Kalau Anda tidak menghormati anak Anda, mereka tidak akan menghormati Anda.

PENGUATAN YANG POSITIF JAUH LEBIH BERHASIL DARIPADA PENGUATAN NEGATIF
Sanjungan, pujian, dan kebanggaan jauh lebih bermanfaat, daripada bersikap nyinyir, negative dan mengacuhkan.

TINGKAH LAKU ADALAH HAL YANG UNIVERSAL
Tingkah laku baik diterima di mana pun.


DEFINISIKAN PERAN ANDA SEBAGAI ORANGT TUA.
Bukan tugas Anda membuat anak menempel pada Anda. Tugas Anda, mempersiapkan dia menghadapi dunia luar – dan biarkan dia menjadi dirinya sendiri.

Dan hampir sebagian besar dari 11 aturan di atas, menjadi PR besar untuk saya dan suami. Mengingat mendidik dan membesarkan anak merupakan suatu pola tradisi. Dan tidak semua tradisi itu baik dan bagus untuk diturunkan ke anak-anak. Jika sewaktu kecil saya lebih banyak dibesarkan dengan bentakan, nyinyiran dan beberapa hal yang menurut saya negatif, maka untuk menyembuhkan semua itu,maka obat terbaik adalah memberikan anak-anak perlakuan positif dengan menjadi pribadi positif.

Bukan hal yang mudah, untuk memutuskan rantai  tradisi itu, tapi tidak ada salah dan ruginya untuk mencobanya hari demi hari.