Alysa menatap sepiring nasi putih
dan sepotong paha ayam goreng yang baru saja diletakkan oleh mas Rusdy asisten
ayah, dimeja kasir persis di hadapan ayahnya yang sedang melayani pembeli. Ia
menarik kursi tanpa sadaran ke sisi kanan meja bersiap untuk makan.
Gerakan
tangannya sekonyong-konyong terhenti ketika hendak menyuap nasi ke dalam
mulutnya, “Cuci tangan dulu!” ujar ayahnya.
Ia menatap penuh permohonan ke
arah ayahnya untuk membiarkannya makan tanpa harus mencuci tangan dahulu.
“Cuci tangan dulu!” ulang
ayahnya.
Dengan sedikit menghentakan
kakinya ia melangkah ke depan warung dimana sebotol sabun dan segalon air dan
dudukannya disediakan untuk mencuci tangan. Alysa membasuh sedikit tangannya
lalu kembali ke meja.
“Pakai sabun cuci tangannya!”
kata si Ayah kembali ketika Alysa hendak duduk.
Alysa membanting kaki sebagai
tanda protes terhadap ayahnya.
“Kamu di sekolah diajari ibu guru
cuci tangan pakai sabun nggak?” tanya ayahnya dengan nada yang tegas namun
lembut.
Alysa melirik ayahnya, hentakan
kakinya tak lebih keras dari waktu pertama ia pergi membasuh tangan.
Ia kini mulai makan dengan muka
yang masih cemberut dan wajah ayah penuh senyuman.
Tangan adalah media termudah jalan
masuknya kuman, bakteri, dan virus ke dalam tubuh. Dan kebanyakan masuknya
ketika sedang makan maka wajar saja kalau ayah Alysa begitu ngotot membiasakan
anaknya mencuci tangannya agar terhindar dari sakit. Hal sepele yang sering
sekali diabaikan.
“Ayo, dek,” kataku sembari
menggamit tangan anak perempuanku pulang setelah menerima kembalian dari ayah
Alysa.
Aku merubah tujuanku seketika,
mendadak aku juga harus membeli sabun cuci tangan yang sudah habis persediaannya
di rumah.
YeeL, Rote 20/01/2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar