Minggu, 10 Maret 2013

Mothering



Prihatin sekali saya, tapi akan menjadi pelajaran berharga.
1. Jangan mencoba untuk menjadi ibu yang sempurna, yang mau melakukan segala sesuatunya untuk sang anak. Ada waktunya anak sepenuhnya bergantung kepada ibu, ada waktunya anak harus belajar mandiri dan diberikan tanggung jawab untuk mencuci pakaian kotornya sendiri, atau membereskan barang-barangnya sendiri.

2. Jangan pernah ada perbandingan perlakuan antara anak yang satu dengan yang lainnya. Tanpa disadari bisa membawa kekerdilan emosional bagi anak yang merasa diperlakukan dengan tidak adil. MIsalnya, yang satu disuruh untuk bekerja yang lainnya dibiarkan molor. (kayak bawang merah dan putih saja), tapi ini terjadi.

3. Berikan perhatian, dengarkan lebih akan setiap keluh kesah mereka. untuk yang satu ini hendaknya dilakukan sedari anak masih usia dini. Hadapi mereka, Tatap mata mereka, jangan diinterupsi cukup dengarkan, sesekali ulangi apa yang mereka katakan. kenali perasaan anak, seperti kelihatannya kamu marah sekali, atau sedih atau perasaan apapun yang tertangkap curhatan mereka. secara tidak langsung mengajarkan kepada anak seni mendengarkan. karena tidak tiap orang mampu mendengarkan dengan baik, bahkan untuk seorang ibu yang lanjut usia.

4. Hiduplah apa adanya, jangan memaksakan apa yang tidak ada menjadi ada. Dengan demikian bisa mengajarkan anak untuk hidup prihatin dengan keadaan orangtua. Terkadang memang menyakitkan ketika seorang ibu harus mengatakan tidak terhadap permintaan anaknya, apakah itu mainan, jajan, atau apa saja. Berikan penjelasan, anak-anak biasanya mengerti jika diberikan penjelasan.

5. Hidup memang membutuhkan uang. Pastikan ada makanan yang bisa dimakan oleh anak-anak dan suami di pagi hari, sebelum memulai aktivitas pencarian uang.

Hal-hal diatas, tidak pernah menjadi masalah sampai saya menjadi seorang ibu. Saya dibentuk oleh tradisi. dan saya punya kemampuan untuk memilih dan menentukan mothering rule sendiri. Saya tidak menjudge bahwa apa yang sudah terjadi itu salah, tetapi saya belajar dari ketidaksempurnaan karakter diri saya. Dan sudah menjadi tekad saya untuk memberikan apa yang tidak saya dapatkan.

"Kita perlu menyiapkan anak-anak kita menghadapi waktu dimana mereka harus bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. KIta perlu membantu mereka membangun karakter diri mereka, kebiasaan-kebiasaan baik sebagai senjata untuk menghadapi tantangan-tantangan kehidupan orang dewasa."

#Antonetta#.

Kamis, 07 Maret 2013

Kain Tenun



Di Puskesmas kota siang ini, perawat gigi itu memanggil seorang ine berlawo lambu. Semula saya berpikir ine ini pasti keluarganya. Tapi pikiran itu berubah, ketika Ine itu mengeluarkan beberapa lembar kain tenun dari dalam tas tenun jinjingannya. 

Dan terjadilah percakapan :
Ibu : “Ine, kain yang kemarin tipis sekali ko, sa tukar bisa kah.?
Ine : “ Tipis bagaimana..? itu karena belum dicuci, kalau dicuci ikatan benangnya bisa menjadi susut.
Ibu : “Kalau begitu kasih turun harga sudah e, jadi 600.”
Ine : “Aduh tidak bisa, sekarang kain harga naik semua, tidak dapat lagi 600. Rata-rata sudah satu dua.
Ibu : “Kalau yang itu punya siapa..?” tanya ibu itu sambil menunjukkan kain motif bunga-bunga berwarna kuning.
Ine : “Oh ini pesanan ibu di ruang sebelah..”

Saya hanya mendengarkan dan menyimak percakapan itu, menunggu hingga transaksinya selesai. Saya lalu berpikir : “Ada bagusnya juga e, ditetapkannya peraturan daerah untuk mengenakan lawo lambu dan luka lesu (benarkah penulisannya). Setidaknya setiap sebulan sekali ada pemandangan menarik. Para PNS berseliweran dengan menggunakan pakaian daerah ende lio. Ketika antri di bank terlihat bapak-bapak dan ibu-ibu mengantri dengan memakai lawo lambu dan luka lesu. Asyik gitu loh....:).  Di halaman FB juga terpampang foto para pegawai dengan menggunakan pakaian daerah. Mereka terlihat gagah terbalut busana daerah kini tidak harus menunggu acara lamaran atau acara-acara adat. Tanta-tanta di kampung semoga dagangan tenunan mereka bisa laris e...dan mungkin juga di antara kreditan Sophie Martin, Kokopeli atau yang lainnya, pasti sekarang terselip juga kreditan kain tenun. :)”

Pikiran  itu terhenti ketika perawat gigi itu meminta Jeri untuk naik ke kursi untuk dicabut giginya...:)

Rabu, 06 Maret 2013

MENGASIHI

“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Tidak lebih dari dirimu sendiri dan tidak kurang dari dirimu sendiri, namun setara dengan dirimu sendiri. Itu berarti memperlakukan orang lain seperti halnya kita memperlakukan diri sendiri dan memperlakukan diri sendiri seperti halnya kita memperlakukan orang lain.

What I always tell to myself and my son, always and always :
“Do not do to others what you don’t want others do to you.”

TANGAN TUHAN YANG PEGANG



Tak kutahu kan hari esok, Namun langkahku tegap
Bukan surya kuharapkan, Karna Surya kan lenyap
Oh Tiada ku gelisah, akan masa menjelang
Ku berjalan serta Yesus, Maka hatiku tenang

Banyak hal tak kupahami, dalam masa menjelang.
Tapi T’rang bagiku kini. Tangan Tuhan yang pegang.

Tak kutahu kan hari esok ; Mungkin langit kan gelap;
Tapi Dia yang penuh kasih ; Tetap melindungiku
Meski susah perjalanan ; G’lombang dunia menderu
DipimpinNya kubertahan ; Sampai akhir langkahku.

Ketakutan. Apakah rasa takut itu, Rasa takut adalah mencari-cari kesalahan dengan masa depan. Pikiran yang dipenuhi dengan berbagai pertanyaan, bagaimana jika begini, bagaimana jika itu terjadi. Lalu apakah yang dihasilkan oleh rasa takut?