Selasa, 12 Maret 2019

Kalian Suka Membaca?

Lima hari yang lalu, cuaca sedang terik-teriknya dan stok es batu sedang kosong di kulkas. Karena sedang libur dan ada kayu-kayu sisa pengerjaaan rumah yang tak terpakai, kami memutuskan untuk dibuat pagar saja. Sepasang suami istri datang membantu kami. Tiang-tiang balok kelapa ditancapkan berjarak kurang lebih satu meter. Balok berdimensi 4x6 cm sepanjang 3 meter dipaku melintang di atas tiang-tiang yang sudah lebih dahulu ditancapkan.

Kios terdekat yang menjual es batu hanya sejauh beberapa ratus meter saja. Saya pun pergilah---pergi membeli es batu. Ruas jalan menuju ke rumah jabatan bupati sangat sepi dan lengang di saat liburan. Anak-anak perempuan dan laki-laki berkejar-kejaran di tengah jalan dan menepi ketika ada kendaraan yang akan melintas. Saya kembali ke motor setelah mengantongi dua balok es batu.

Pandangan yang tak biasa tertangkap mata saya. Seorang anak berkulit hitam, berambut lurus sedang duduk menepi di pinggir jalan. Ia tak terusik oleh riuh tawa kawan-kawannya. Merasa tertarik, saya memarkir motor tepat di sampingnya.

Senyum malu-malu menghiasi wajahnya saat saya bertanya sedang membaca buku apa. Dia menyodorkan sebuah majalah usang berjudul HOPE.

Di rumah saya punya beberapa buku anak-anak. Beberapa buku milik anak pertama memang saya simpan dengan rapi agar bisa dipakai oleh adiknya. 

Anak-anak yang lain berhenti sejenak dan datang menghampiri saya. 

“Kalian suka membaca?”

“Iya…”

“Kalau besong mau, besok datang ke rumah yang di atas tuh. Tanta punya beberapa buku, kalian boleh baca nanti. Kita bisa belajar Bahasa Inggris juga.” Saya menunjuk belakang rumah kami yang masih nampak dari tempat kami berdiri. Rumah yang baru kami tempati selama kurang lebih setengah tahun setelah lima tahun nge-kost dan ngontrak selama kurang lebih empat tahun.

Mereka begitu antusias mendengar hal itu dan kembali lanjut bermain ketika saya berlalu.

***
Saya baru saja selesai masak, ketika melihat beberapa kepala kecil timbul tenggelam dari balik pagar. 

Dapur yang sibuk membuat saya terlupa kejadian kemarin. 

“Ah, kalian sudah datang. Ayo, masuk.” 

Empat orang anak itu masih berdiri di depan pintu pagar. Suami saya tak banyak berkomentar. Saya belum sempat bercerita. Tapi, sudah sejak pindah saya meminta izin darinya untuk membuka rumah baca dan tempat belajar untuk anak-anak di sekitar rumah. 

Dia pasti sudah paham ketika berkata, “Ayo, ayo, masuk ke dalam.” Anak-anak itu masuk setelah mengucapkan salam selamat sore.

Anak lelaki saya membantu mengeluarkan buku bacaan anak-anak yang kami punya. Dan dengan segera mereka memilih---melihat-lihat gambar dan mulai membaca. 

Saya dihinggapi rasa senang sekaligus rasa syukur. Senang rasanya melihat anak-anak yang gemar membaca. Bersyukur untuk kedua anak saya yang tak asing dengan buku bacaan dan bersyukur bisa berbagi. 

Hal selanjutnya saya berharap semangat ini akan terus ada, dan di tengah semua kesibukan, akan selalu ada waktu untuk berbagi ilmu dengan mereka---Angga, Anno, Vitho, Imanuel dan Chelen.

https://bit.ly/2MIatOe

#anakrote #marimembaca #maribelajar

Senin, 11 Maret 2019

IBU


Nama saya Syalom Smaut. Saya memiliki seorang ibu yang sangat saya kagumi bernama Dewi Sri Handayani. Ibu lahir di Rote pada tanggal 28 September 1980 dan bekerja di RSUD Baa sebagai seorang perawat. Ibu memiliki tiga orang anak yaitu, saya, adikku Firda dan Zefanya. Beliau seorang ibu yang memiliki karakter pekerja keras dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap keadaan dalam hidupnya.
Ibu sosok yang paling berjasa dalam hidup saya dan adik-adik. Beliau telah bersedia mengandung saya selama 9 bulan dan melahirkan kita melalui pengorbanan yang sangat besar. Ibu juga orang yang sangat saya sayangi dan saya cintai dalam hidup ini. Ibu saya berwajah cantik, rambut hitam bergelombang, mata yang bulat dan senyuman yang indah.
Ibu pintar masak. Masakannya selalu enak dan membuat kami selalu ketagihan. Apalagi saat mama membuatkan ayam goreng dan ikan bakar rica-rica rasanya enak sekali. Ibu pandai menjahit. Semua gorden yang ada di rumah kami di jahit oleh mama. Begitu juga seprei, kain meja, bantal sofa dan masih banyak lagi.
Ibu sangat kuat, walaupun kondisi papa yang sering sakit satu tahun belakangan ini ibu tetap setia merawat papa sampai ke kupang bahkan ke surabaya. Jika mama jauh dari kami maka ibu akan membimbing saya dan adik saya Firda belajar walaupun lewat video call.
Ibu adalah motivator dan inspiratif dalam hidup saya. Saya selalu menceritakan apapun yang saya rasakan dan alami kepada ibu. Walaupun saya sering dimarahi ibu namun tidak membuat saya membenci ibu karena semua itu pertanda ibu menginginkan saya menjadi lebih baik. Nasihat dan teguran ibu sangat berarti buat saya. Papa, saya dan adik-adik sangat menyayangi dan mencintai mama.


Syalom Smaut.
Siswa kelas VII SMPK Mother Ignacia.