Minggu, 26 Juli 2015

Takut Akan Gelap (nyctophobic)

Gelap yang dipercaya sebagai tempat tinggalnya makhluk-makhluk malam dengan rupa-rupanya yang menyeramkan sungguh menjadi momok yang menakutkan bagiku. Rasa takut yang mengendap, mengakar mengikat dan mencengkeram bahkan mematikan langkah-langkahku untuk melakukan sesuatu di bawah langit yang gelap. Rasa takut yang sangat besar, yang bermula dari ungkapan “awas, ada banyak setan di luar. Ada Nenek gigi ompong yang wajahnya hitam, Ada manusia berwajah plat, tidak punya mata, telinga, hidung dan mulut. Jangan dekat-dekat jenazah yang disemayamkan, ada jenazah yang bisa bangun dan biasanya memeluk pelayat yang berdiri di depannya, dan berbagai macam cerita konyol.

Sayangnya, dongeng masa kecil yang berwujud asli kebohongan itu tumbuh liar, membelah diri
dengan angka kelipatan yang besar, mengurungku bertahun-tahun. Dari sebuah artikel diketahui bahwa hampir semua anak mengalami takut gelap salah satu jenis ketakutan di antara beragam phobia yang ada. Penelitian mengungkapkan bahwa hampir 90 % anak-anak mengalami ini,  dan ketika mereka tidak dapat mengatasinya membawanya hingga usia mereka beranjak dewasa maka ketakutan masa kanak-kanak itu menjadi phobia yang bisa menjadi halangan dalam hidupnya dan mengurangi produktivitasnya.

Sabtu, 25 Juli 2015

Jalan Yang Tidak Kutempuh

Listrik keseringan mati, persis di saat sedang serius-seriusnya mengerjakan sesuatu di laptop. Kalau siang hari pas anak-anak tidur, dan pekerjaan sudah selesai, bingung mau buat apa. Buku ini saya temukan di dalam gudang beberapa hari lalu, karena semua buku sudah saya packing  untuk dikirim ke Rote, saya jadi melirik ke buku ini.  

Dari Ucapan Terima Kasih, Pengantar hingga Bab I, sampai Bab II. Benar-benar membuat saya betah untuk membaca. Dan saya menemukan puisi ini di akhir halaman Bab I. Bagus menurut saya, berbagi hal-hal bagus dan bermanfaat, selalu menyenangkan..:). Oh iya judul bukunya : Rich Dad, Poor Dad. Robert T. Kiyosaki.


Jalan Yang Tidak Kutempuh

Dua jalan bercabang dalam remang hutan kehidupan,
Dan sayang aku tidak bisa menempuh keduanya
Dan sebagi pengembara, aku berdiri lama
Dan memandang ke satu jalan sejauh aku bisa

Kemana kelokannya mengarak di balik semak belukar
Kemudian aku memandang yang satunya, sama bagusnya
Dan mungkin malah lebih bagus,
Karena jalan itu segar dan mengundang
Meskipun tapak yang telah melewatinya

Juga telah merundukkan rerumputannya,
Dan pagi itu keduanya sama-sama membentang
Di bawah hamparan dedaunan rontok yang belum terusik.
Oh, kusimpan jalan pertama untuk kali lain!

Meski tahu semua jalan berkaitan
Aku ragu akan pernah kembali.

Aku akan menuturkannya sambil mendesah
Suatu saat berabad-abad mendatang;
 Dua jalan bercabang di hutan, dan aku –
Aku menempuh jalan yang jarang dilalui,
Dan itu mengubah segalanya.

Robert Frost [1916]

Kamis, 23 Juli 2015

Menikmati Hari ini

Di sebuah ruangan rumah sakit, saat bersama Indri (Adik Saya) mengunjungi saudara sepupu kami yang sedang sakit. Dan secara kebetulan hadir juga di situ seseorang setelah beberapa menit kami bertukar cerita.

Tubuhnya tinggi tegap, rambutnya mulai menipis, tidak berkacamata, penampilan sederhana, seorang atlit Karate dan saya agak kaget ketika beliau mengatakan bahwa umurnya sudah 71 tahun kini.
Ada banyak cerita yang beliau share, dan yang sangat menginspirasinya dan menjadi inspirasi buat saya adalah :

Diceritakan dahulu ketika entah dalam rezim apa, ada seorang tentara Jepang tidur dengan santainya sambil membaca sebuah buku. Begitu menikmati hidup dalam ruangan yang sama sekali tak besar. Lalu datang temannya begitu keheranan dengan sikap santai tentara Jepang itu, tanpa rasa gugup sama sekali. “Besok kau akan dieksekusi mati, bagaimana begitu kau masih tersenyum sendiri membaca buku? Tidak takutkah kau akan kematian yang akan menjemputmu?” tanyanya.

Minggu, 19 Juli 2015

Karena Anak-Anak KIta Begitu Berharga

Mengingat maraknya kasus pelecehan seksual yang terjadi pada anak berikut beberapa tips dari hal-hal yang perlu kita ajarkan pada anak-anak kita, sedini mungkin :
    1. Ingatkan anak perempuan anda untuk tidak duduk di pangkuan siapa saja, termasuk pamannya.
    2. Hindari untuk berpakaian di depan anak sejak mereka berusia 2 tahun, apakah itu anak laki-laki atau perempuan. Ajarkan mereka untuk tidak berpakaian di depan siapapun kecuali anda ibunya, sepanjang mereka masih membutuhkan bantuan.
    3. Jangan biarkan orang dewasa siapapun itu memanggil anak anda dengan sebutan “Suamiku” atau “Istriku”.
    4. Kapanpun anak anda pergi bermain di luar umah, pastikan anda mencari tahu permainan apa yang mereka mainkan, karena pelecehan seksual seringkali dilakukan oleh teman sebayanya.
    5. Jangan pernah memaksa anak anda untuk pergi mengunjungi orang dewasa apapun statusnya yang membuat anak anda merasa tidak nyaman, sebaliknya waspadai jika anak anda menjadi terlalu menyukai orang dewasa tertentu.
    6. Tanyai anak dengan pendekatan yang sabar, ketika anak anda yang ceria dalam kesehariannya mendadak berubah menjadi begitu pendiam dan menarik diri
    7. Berikan pendidikan seks dengan cara yang dapat dimengerti oleh anak anda. Karena jika anda tidak melakukannya maka lingkungan akan mengajarkan mereka arti sex yang cenderung mengarah ke perilaku sex yang menyimpang.
    8. Telusuri bahan bacaan apa saja yang tersedia, bahkan untuk bacaan komik apakah bacaan itu mengandung pornografi sebelum mereka melihat degan mata mereka sendiri.
    9. Pastikan anda mengaktifkan parental control pada jaringan internet yang digunakan oleh anak anda, juga orang tua dari teman anak anda yang sering anak anda kunjungi.
    10. Ajarkan ke anak 3 tahun anda untuk membersihkan daerah pribadi tubuhnya, dan peringatkan mereka untuk jangan pernah membiarkan siapapun untuk menyentuh daerah pribadinya termasuk anda sendiri.
    11. Blokir apa saja apakah itu music, film atau apa saja yang berpotensial mencuri kepolosan anak anda.
    12. Pastikan anak anda bagaimana harus bersikap di tengah kerumunan orang banyak.
    13. Jangan diam, ketika anak anda mengeluh tentang kelakuan seorang kerabat tertentu terhadap anak anda.

Selalu tanggap untuk menunjukkan bahwa anda ada di pihak mereka.
Ingat, kita adalah orang tua atau orang yang suatu waktu akan menjadi orang tua.
Dan Ingat bahwa “Penderitaan akibat pelecehan seksual bisa mengendap seumur hidup”.

Translated by : Yanti Lengo
Sumber ; Pak Hungama Photos on Facebook

please klik share if you think that this is useful.

Kembali Ke Rumah

Foto : Sonny Saban. Rumah Tradisional Pulau Rote.
Di setiap tempat yang pernah kukunjungi.
Di setiap rumah yang pernah aku singgahi.
Berada sejenak di rumahMu,
Sangat mendamaikan.

Di antara orang-orang terkasih,
Di antara sahabat-sahabat terbaik,
Berada sejenak dalam dekapanMu,
Serasa diselimuti jubah hangat tak terlihat.

Di antara tulisan-tulisan peneguhan,
Di antara sekumpulan huruf-huruf yang dingin dan datar,
Tenggelam dalam firmanMu yang hidup,
Serasa berekstasi dalam lautan aksara berkekuatan kasih berpengampunan.

Di antara bisikan-bisikan mesra,
Di antara kata-kata kosong tak bermakna,
MendengarkanMU dalam diam,
Serasa mendengarkan paduan suara malaikat,
Menyuarakan pujian-pujian hening dalam keheningan.

Akhirnya, tak ada hal yang lebih indah,
lebih mendamaikan, lebih meneguhkan, lebih membuatku terisi,
selain berada di rumah - MU.

Selamat Hari Minggu, Tuhan memberkati.


Jumat, 17 Juli 2015

Bis Kayu, Wajah Sederhana Tanah Flores


Bis Kayu yang sejatinya adalah sebuah truk berbak kayu dengan karoseri berangka kayu yang dilapisi dengan plat logam tipis di atasnya. Karoseri berasal dari bahasa Belanda Carrosserie adalah rumah-rumah kendaraan yang dibangun di atas rangka/chasis mobil atau chasis khusus bus ataupun truk(Wikipedia).

Ketika masih duduk di bangku SD, kami pernah naik bisa kayu ke Nangaroro ke rumah paman dan bibi, ketika ada pesta. Kami pun duduk berbaur dengan bapak-bapak dan mama-mama yang hendak kembali ke kampung setelah berbelanja kebutuhan sehari-hari di kota. Saya biasa didudukkan di pinggir agar terkena angin, karena saya suka mabuk. Aromanya pun campur aduk, mulai dari aroma keringat hingga aroma binatang (babi dan sapi) yang diikat dan bersesakan di bagian belakang bis.

Rabu, 15 Juli 2015

Orang Yang Tak Waras Itu Kami Panggil Kakek.

Wajahnya hitam, rambutnya keriting dengan volume yang semakin menipis, di kepalanya yang botak. Jas bermotif Mbai yang lusuh menjadi baju kebesarannya, menutupi dadanya yang yang terbalut kaos yang hampir tidak pernah diganti. Ragi Mite menjadi bawahannya sehari-hari, ragi mite yang juga tak kalah lusuh dari baju kebesarannya.

Giginya juga tak lengkap lagi, tinggal beberapa buah gigi saja yang mulai menghitam sepekat sirih yang saban hari dikunyahnya. Matanya memerah, senyum selalu menghiasi bibirnya. Kami memanggilnya Kakek.

Mama sedang membersihkan halaman belakang, membersihkan pecahan-pecahan keramik yang ditinggalkan tukang begitu saja. Saya mencuci piring yang letaknya kebetulan berada di belakang, persis di depan tempat mama bekerja.

Tak lama kemudian mama ke depan, dan kakek sudah ada disitu, dengan karung di tangannya, membereskan sisa-sisa pecahan keramik. Dia duduk berjongkok, memilih dan memasukannya ke dalam karung. Mulutnya tak pernah berhenti mengoceh tanpa arti yang jelas, tertawa-tawa sendiri ; kadang dia seperti marah dengan bumi yang ada di hadapannya, membentak sambil mengetuk-ngetukan jarinya di atas tanah.

Senin, 13 Juli 2015

Berkat Tuhan


Di hari-hari sebelumnya saya selalu hidup dalam sikap mengasihani diri, berangkat dari semua kepahitan di masa lalu. Doa perlahan mengubah semua itu. Sahabat-sahabat, Kakak-kakak, devotion, buku-buku yang meracuni saya dengan pikiran-pikiran positif setiap hari mau tidak mau mengajarkan saya untuk hidup dengan pikiran positif dan bukan sebaliknya. Mengajarkan arti hidup beriman yang tidak cukup dengan ibadah atau rajin mengikuti kegiatan-kegiatan rohani tetapi bagaimana memerangi pikiran-pikiran negative dari waktu ke waktu.

Jika berkat Tuhan di artikan sebagai seberapa banyak harta, seberapa mewah rumah, seberapa banyak kendaraan yang terparkir di  garasi, seberapa sukses usaha yang sedang dijalani, atau seberapa cemerlang karier seseorang di kantor, maka bisa disimpulkan saya bukan orang terberkati. Tuhan bukan milik saya karena saya tidak memiliki harta materi apapun. Awalnya saya sedih dan begitu terpengaruh dengan keadaan ini. Ah Tuhan hanya milik mereka saja, toh saya tidak memiliki apa-apa.
Tuhan mengubah semua pemikiran itu sejak saya mulai belajar bersyukur untuk setiap hal kecil dalam hidup. Untuk kegagalan, untuk keadaan tidak mempunyai, untuk segala sesuatu yang tidak berjalan sesuai dengan keinginan saya, Satu kata kuncinya adalah : “Penyertaan TUhan sempurna dalam hidup saya”. Sampai saat ini, saya masih tetap hidup, masih bernafas, dan masih bisa beraktifitas. Dan yang terpenting, saya jadi semakin menghargai dan mengerti betapa berartinya 5 menit, betapa berartinya uang seribu rupiah, betapa berartinya persahabatan, betapa berartinya untuk mengolah semua pikiran sebelum menaruh pikiran-pikiran itu ke atas mulut dan banyak hal lain yang dibawa oleh kesusahan dan kesulitan”.

Lalu apakah saya tidak diberkati? Ternyata saya sangat diberkati dalam hidup ini. Arti berkat Tuhan itu sendiri  harus diganti. Berkat Tuhan itu bukan tentang hal-hal besar yang datang dalam hidup, tetapi tentang setiap hal-hal kecil yang kehadirannya lebih sering dianggap sesuatu yang tidak berarti.  Karena sering kali kita hanya mencari keberadaan Tuhan hanya di hal-hal besar, melihat kesuksesan dari seberapa harta yang seseorang punyai. Semakin banyak harta semakin terberkati. Sehingga mereka-mereka yang hidup dalam kemalangan dianggap tidak terberkati.Bahkan ketika kau hanya mampu memberikan dua telingamu untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh, memberikan dua tanganmu, memberikan dua kakimu yang dengan segera bergerak melangkah untuk membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongan, memiliki hati dan pikiran yang bersih dan tulus dan mendamaikan itu juga sudah merupakan penyaluran  berkat.

Suami yang baik dan hebat, Anak-anak yang luar biasa, keluarga tempat saya belajar arti kasih dan melayani, teman-teman yang senantiasa mendukung dan menjaga saya untuk tetap berpikir positif, segala sesuatu yang membuat saya tetap sadar dan dekat dengan sang pencipta adalah berkat Tuhan.

Saya, engkau, dia,  mereka, kita adalah orang-orang yang diberkati, dengan talenta masing-masing, berhenti setiap satu jam untuk beberapa menit keheningan, melihat betapa banyaknya berkat yang 

Tuhan berikan, adalah salah satu cara untuk mengucap syukur dan berterimakasih. 

Belum Ada Judul ; Belajar Menulis

Tulisan ini belum ada judul, ketika selesai baru judulnya menyusul....:). 

Ariana menggenggam beberapa butir pil, kira-kira 10 butir pil pembunuh rasa sakit di tangannya, yang sewajarnya 1 butir saja sudah cukup untuk mematikan rasa tak nyaman yang menari-nari di dalam kepalanya. Tapi dia sedang tidak pusing atau sedang demam. Dia sedang mengalami suatu keadaan yang cukup membuatnya gila. Depresi ringan.

 Di bawah lampu yang meremang, di sudut lemari dia duduk diam-diam menangisi hidupnya. Berita itu sungguh membuatnya kehilangan kendali atas hidupnya. Bahwa suami yang dicintainya, yang ketika terpisahkan jarak tak pelak lagi ; pergi menelusuri lorong-lorong gelap dengan kamar-kamar kecil disisinya, kamar-kamar dengan pencahayaan minim, berpenghuni makhluk-makhluk cantik bertubuh molek nan seksi bak topeng sempurna menutupi jerat di balik keindahan penampakan luarnya, penyakit menular dan pertengkaran hebat rumah tangga dari pria-pria beristri yang mengunjunginya. Dan pikiran-pikiran yang luar biasa liar kini menjadikan pening itu ada. Dia menatap pil-pil itu, segelas air ada di sebelah tangannya, di tengah semua kegilaan itu, gerakan tangannya terhenti, tatapannya jatuh pada tubuh mungil yang sedang terlelap di hadapannya, dia terbangun beberapa jam kemudian sedang memeluk lelaki kecilnya dengan kulit wajah yang sedikit kaku, air mata yang mengering menjadi masker wajah cantiknya.

Senin, 06 Juli 2015

Kamar

Kamar itu bukan kamar yang besar. Tidak ada kemewahan disana. Tidak ada AC, juga tidak berhiaskan gorden berjuntai-juntai mewah, dengan lemari-lemari kokoh.

Kamar itu berkasur dengan aroma pesing ketika aku terlelap tidur dan mati terhadap alarm rengekan balitaku yang ingin ke kamar mandi, di tengah malam kala suhu bumi seperti menyelimuti dengan kedingingan yang membuatku kehilangan kesadaran.

Kamar itu memiliki satu lemari berpintu geser di sudut ruangan, dengan satu lemari kecil di sampingnya. Agak tidak sepadan tanpa tempat tidur di hadapannya, melainkan dua buah kasur. Tapi aku merasa nyaman.

Kamar itu bermeja persis di depan kasur yang tergeletak di lantai dalam panjang, dan di depan pintu kamar mandi dalam lebarnya. Di meja itu aku menemukan duniaku, dalam 10 hingga 30 menit refeksi hingga beberapa jam singkat berselancar ria dalam imajinasi. Aku rindu aroma buku-buku yang tersusun tidak rapi di sisi kiri dan kanannya, aku rindu sentuhan jari jemariku menempel pada kabel-kabel speaker atau pada permukaan laci meja yang tidak besar tapi cukup untuk menampung kitab-kitab kesayanganku.

***

Aku rindu suasana pagi ketika terbangun di antara suami dan anak-anak yang terlelap. Udara sejuk di setiap pintu yang terbuka, warna-warni bunga mekar, harumnya mawar dan kicauan burung-burung merdu beradu bersama bisikan semilir angin. Aku rindu duduk sebentar di pintu belakang rumah itu, menikmati sinar mentari yang semakin menghangat perlahan dan pasti. Aku rindu bersentuhan dengan setiap yang terletak di dapur itu. Aroma beras, bawang, terigu, dan denting perkakas yang dimainkan anak perempuanku ketika berusaha meniruku memasak.


Aku rindu  hanya untuk menyentuh pipinya, memeluknya, menyiapkan pakaiannya, sarapannya, dan aku rindu pelukan hangat dalam setiap pamitnya. 

Kamis, 02 Juli 2015

Meja Tenis dan Mamaku

Kamar itu begitu berantakan dan untuk yang kesekian kalinya, teriakan mama tidak aku gubris. Ketika kesabaran mama hampir habis, aku malah balik badan dan seperti hendak memuntahkan ketidaksukaanku, akan ketidaksabaran mama untuk menunggu aku menyelesaikan tontonan TV yang begitu menarik, dan teramat disayangkan untuk dilewatkan aku berkata dengan nada yang agak tinggi : “Iya, Ma. Apa saja e, kakak sudah bilang Iya, tidak bisa sabarkah mama?”. Mama seperti tercekat, dan tersedak sesuatu yang besar di kerongkongannya, matanya terbelalak menahan amarah yang teramat sangat, lalu dengan nada pelan mama berkata : “Terserah kakak saja sudah, mama capek bicara dan tegur. Mama sudah bosan lihat ini kamar berantakan, terserah kakak saja sudah”, sambil berlalu ke dapur meneruskan pekerjaannya.