Untuk melakukan transaksi
pemindahan rekening tidak perlu repot-repot mengantri di Bank, dengan beberapa
kali klik sejumlah dana telah berpindah tangan. Jual beli dilakukan oleh mesin
tanpa temu atau tatap muka, seperti banyak penyedia jasa online yang kita
ketahui lebih mirip Plaza atau Mal tapi bukan dalam bangunan megah, tetapi
sebuah benda persegi panjang dengan berbagai ukuran, smartphone dengan berbagai
sistem operasi.
Didalamnya bisa diinstal ragam
aplikasi tergantung pengguna. Yang menariknya sebuah perpustakaan mini atau
sedang, atau besar juga bisa dimasukkan kedalamnya disesuaikan kapasitas
penyimpanan. Berbagai macam e-book, papers, komik, jenis bacaan apapun ada
didalamnya tidak ketinggalan kitab-kitab suci.
Tidak berat dan tidak ribet dengan
ukurannya yang cukup kecil, sehingga bisa dimasukkan ke dalam tas kaum hawa
atau saku kaum Adam. Tidak hanya di hari Minggu di mana saja, kapan saja ingin membaca
dan merenungkan firman Tuhan sepanjang ada smartphone sudah pasti bisa
dilakukan. Dalam sesi-sesi pembelajaran Alkitab pun, sangat mudah untuk
melakukan proses pencarian suatu kitab, bab dan ayat atau bahkan sebuah kata
kunci. Hampir sama ketika kita menggunakan kalkultor, untuk mendapatkan hasil
tinggal menekan beberapa tuts dan keluarlah hasilnya.
Begitu juga ketika hendak berbagi
renungan di media sosial, dengan sentuhan aplikasi maka dalam hitungan detik,
ayat yang ingin dibagi sudah langsung ter-share. Beberapa orang lebih memilih
alkitab digital dengan alasan font yang lebih besar, karena kesulitan membaca
buku alkitab dengan ukuran yang tercetak terlampau kecil.
Bagaimana dengan buku Alkitab?
Apakah tetap menjadi favorit? Ataukah malah ditinggalkan di rumah? Karena tidak
seringan smartphone, atau juga mungkin karena bentuknya yang hampir sama dengan
harga yang relatif sama, sebuah prestise tidak bisa dipertontonkan? Jawabannya
bisa Ya, bisa juga tidak.
Lalu apakah digital bible telah
menggantikan peran buku Alkitab sepenuhnya?
Buat sebagian orang buku Alkitab
masih tetap menjadi pegangan. Menyentuh lembaran-lembaran kertasnya, berjelajah
dari satu ayat ke ayat yang lain, dan setiap pencarian akan satu ayat dari
setiap sesi saat teduh, selalu saja ada hal-hal baru yang ditemukan, memberikan
highlight pada ayat-ayat yang
menyentuh dan menjadi pengingat di satu atau dua atau tiga atau bahkan berapa
lama tahun sepanjang ayat itu masih ada,
memberikan catatan kecil di pinggiran-pinggiran bukunya, sensasi yang
ada ketika telapak tangan memegang stabilo atau sejenisnya-mulai menggaris
sambil membaca dengan perlahan, menghayatinya, meresapinya, menjadikannya darah
dan daging bagian dari diri seutuhnya, itu adalah sesuatu yang luar biasa
meneduhkan. Rasanya tidak sama ketika menggunakan aplikasi kitab suci.
Keuntungan lain dari membaca buku
Alkitab adalah diharapkan bisa menjadi contoh untuk anak-anak kita, ketika
semua orang beralih ke teknologi. Setidaknya semangat untuk menyentuh, membuka,
membaca, memberikan highlight, merenungkan bisa meninggalkan semangat untuk
membaca dan merenungkan.
Teknologi selalu membuat hidup
kita menjadi lebih mudah, semakin mudah, semakin sedikit waktu dan tenaga yang
digunakan. Tidak ada yang salah dengan menikmati kemajuan teknologi. Jika malu
menjadi alasan buku alkitab tidak dibawa ke gereja atau kemana saja, karena
takut dikatakan “tidak mengikuti perkembangan jaman” maka iman seseorang yang
merasa malu itu boleh dipertanyakan.
Pada akhirnya diharapkan alkitab
digital maupun buku alkitab bisa berjalan bersamaan, saling melengkapi dengan
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Apakah aplikasi atau hasil print, dibaca,
direnungkan intinya para pengguna Alkitab apapun bentuknya, hendaknya menjadi
pelaku firman karena bukan alkitab yang menyelamatkan kita, tetapi Kristus itu
sendiri.
“Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.”Kasih adalah Kristus itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar