Ketika sedang menyeduh
kopi susu, saya teringat sahabat saya yang cemerlang kehidupannya, kini telah
menikah seakan seperti sebuah akhir dari sebuah penantian. Menjadi seorang
dokter dan dinikahi dokter pula. Aura kebahagiaan begitu jelas terpancar dari
wajahnya, ah saya turut bahagia untukmu sahabat.
Ada juga pasangan lain
yang terpaksa harus menikah karena terlanjur hamil, dijodohkan orang tua, ada
yang menjalin hubungan sejak smp atau sma hingga mapan tanpa pernah berganti-ganti
pasangan dan menikah. Atau memutuskan untuk menikah dalam masa penjajakan yang
relatif singkat, kata orang cinta pada pandangan pertama J.
Setiap pasangan
memiliki ceritanya masing-masing, sebelum memutuskan untuk menikah. Ada yang
semulus dan seindah bak cerita negeri dongeng, ada yang harus lalui tantangan
berliku-liku sealot benang kusut, ada yang menemukan cinta pertama dan
terakhirnya dalam sekali pandang, ada yang harus bergonta ganti pasangan,
layaknya bertukar baju.
Meski kita telah menikah dengan orang yang benar(tepat), tapi kalau kita memperlakukan orang itu secara keliru kita akan mendapatkan orang yang keliru.
Kebahagiaan dalam
pernikahan tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus diupayakan. Pernikahan
bukanlah sebuah taman bunga yang sudah menjadi indah, melainkan sebuah lahan
kosong