Marah, kesal, letih dan lelah,
sering terjaga di malam hari benar-benar
menguras energi beberapa hari ini. Semua
terbalaskan semalam, dengan tidur yang sangat nyenyak, nyaris terlambat anak
itu ke sekolah karena ibunya terlambat bangun.
Energi kembali terisi. Hati terusik.
Aku bingung menghadapi semua ini. Hal yang satu ini juga cukup banyak
meninggalkan puing-puing kekecewaan dan sakit hati. Puing-puing yang perlahan
aku rangkai kembali menjadi satu bentuk penerimaan, pengertian, dan
pengampunan.
Yah, mungkin bisa dikatakan
berhasil, karena sakitnya tak lagi sesakit waktu lalu. Sayangnya ada yang
berubah. Tidak lagi sama.
Aku terus bertanya pada BAPA, apakah
pengampunan itu sudah benar-benar aku lepaskan? Aku hampir tak bisa membencinya
ketika melihatnya, malah iba. Namun kehangatan itu tak lagi ada, tawar dan
dingin kini.
Kenapa aku tak ingin menjalin komunikasi
denganmu?