Kamis, 28 Februari 2013

JIWA-JIWA YANG MENARI



Marah, kesal, letih dan lelah, sering terjaga di malam hari  benar-benar menguras energi  beberapa hari ini. Semua terbalaskan semalam, dengan tidur yang sangat nyenyak, nyaris terlambat anak itu ke sekolah karena ibunya terlambat bangun.

Energi kembali terisi. Hati terusik. Aku bingung menghadapi semua ini. Hal yang satu ini juga cukup banyak meninggalkan puing-puing kekecewaan dan sakit hati. Puing-puing yang perlahan aku rangkai kembali menjadi satu bentuk penerimaan, pengertian, dan pengampunan.

Yah, mungkin bisa dikatakan berhasil, karena sakitnya tak lagi sesakit waktu lalu. Sayangnya ada yang berubah. Tidak lagi sama. 

Aku terus bertanya pada BAPA, apakah pengampunan itu sudah benar-benar aku lepaskan? Aku hampir tak bisa membencinya ketika melihatnya, malah iba. Namun kehangatan itu tak lagi ada, tawar dan dingin kini.

 Kenapa aku tak ingin menjalin komunikasi denganmu?