Saat ini sudah bukan rahasia lagi kalau anak-anak
mulai belajar membaca dari gambar. Saat anak usia dini diberikan buku cerita
bergambar, beberapa dari mereka sudah bisa menceritakan kelanjutan cerita
dengan baik. Meskipun belum bisa membaca. Karena mereka membaca gambar. Cerita
bergambar dikemas sedemikian rupa sehingga bisa menarik minat anak untuk
membuka dan mempelajarinya.
Di kelas satu, terutama di semester ganjil, anak
biasanya mendapat bahan pelajaran dan disampaikan dengan longgar. Misalnya
diselingi dengan games, lomba dan kuis. Semua itu bertujuan untuk
mempertahankan suasana belajar yang senantiasa fun, tidak terlalu jauh berbeda
dengan tingkat akhir taman kanak-kanak.
Adalah hal yang lumrah, bahwa setiap seorang anak naik
kelas, ia harus lebih banyak membaca dan belajar. Ketika anak naik ke kelas
dua, mereka akan mulai sibuk. Bahan pelajaran jelas lebih tinggi tingkat
kesulitannya dan bisa jadi lebih padat dan serius. Saat naik ke kelas dua anak
harus menghadapi buku-buku yang lebih berat dengan sajian gambar yang lebih
sedikit. Dengan sendirinya selingan permainan di kelas pun berkurang.
Sebagian besar bahan pelajaran diberikan dalam bentuk
tertulis. Disini, kemampuan membaca menjadi modal penting bagi anak-anak untuk
tetap survive.
Dalam ulasannya mengenai cara membantu anak kelas dua
berhasil di sekolah, Ann E. LaForge, penulis buku What Really Happens in
School, A Guide to Your Child’s Emotional, Social, and Intellectual Development
memaparkan, “Membaca tidak sekedar memperkaya pembelajaran dalam semua subyek,
tetapi juga mengenalkan anak pada kekayaan informasi dan pengalaman lain yang
tidak mungkin mereka nikmati. Membaca dapat merangsang imajinasi, memberi makan
perkembangan emosi, membangun keterampilan verbal, serta memengaruhi analisis
dan pemikiran.”
Kenyataannya banyak anak yang masih kesulitan membaca
saat di kelas dua. Mereka belum terbiasa menjadi pembaca terlatih yang mampu
menguraikan kode. Kecepatan membaca anak masih rendah atau bahan bacaanya
memang terlalu susah.
(wikihow) |
Namun, orang tua tidak perlu mencemaskan seberapa bagus anak membaca. “Yang paling penting, membacalah untuk atau dengan anak,” tegas La Forge. Hal lain yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah menumbuhkan kecintaan membaca pada anak dengan cara melimpahinya dengan pengalaman menyenangkan bersama benda-benda bertulisan, sesuai dengan tingkat kemahiran membaca anak. Dorong anak Anda untuk membaca.
Berikut cara membantu anak agar cinta membaca, mengacu
pada tips-tips dari La Forge.
- Ajak
anak ke perpustakaan daerah. Dorong anak untuk
memilih buku-buku yang mereka sukai.
- Betulkan kata-kata yang anak tidak tahu atau tidak bisa ucapkan saat membacakan buku untuk kita secara sambil lalu. Berikan dorongan daripada mengoreksi.
- Ajak melakukan aneka permainan yang merangsang keterampilan membaca, seperti ; mencari jejak, bermain surat-suratan, mengisi teka-teki silang atau bermain scrabble mini.
- Minta
anak membacakan cerita untuk adik atau
temannya yang lebih kecil. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa
percaya dirinya.
- Tempel
atau selipkan ‘surat kecil’ untuk anak di
seluruh penjuru rumah. Di lemari es, di pintu kamar atau di tempat-tempat
rahasia yang hanya diketahui oleh anak. Isinya bisa ungkapan cinta atau
lucu-lucuan, “Sudah tidur siang belum?” atau “Mau makan Roti?”
- Jadikan
buku sebagai bingkisan, baik sebagai hadiah
ulang tahun, hadiah berkelakuan baik, hadiah ulangan bagus atau hadiah
untuk hal baik yang sudah anak lakukan.
- Batasi jadwal nonton televisi, main game eletronik, atau game apa saja. Sebaliknya dorong anak untuk membaca buku, meskipun hanya komik.
- Jadikan
diri kita contoh orang yang menghargai membaca.
Banyak membaca buku, majalah, surat kabar, buletin atau bahan bacaan apa
saja yang bermanfaat isinya. Antusias mengunjungi toko buku, dan merawat
buku-buku dengan baik.
(shutterstock) |
(shutterstock) |
(shutterstock) |
(shutterstock) |
Menurut pengalaman,
anak-anak yang suka dan hobi membaca akan senang menjelajahi isi buku-buku
pelajaran sekolah meskipun belum diminta oleh guru. Bahkan tidak jarang mereka
akan membaca buku-buku untuk tingkat yang lebih tinggi, meskipun mereka sendiri
belum mengerti arti sepenuhnya. Dan, tidak heran mereka bisa tergolong anak
paling baik di kelasnya atau di tingkatannya. Jarang sekali mereka mengeluh,
“Sekolah itu Susah.”
*based on Parents Guide
Tidak ada komentar:
Posting Komentar