Rabu, 27 Februari 2019

Alam yang Terus Bernapas


Dua minggu lalu waktu ke sekolah, anak-anak dengan bangga memamerkan bibit okra yang baru mereka tanam di petak sempit di depan kelas. Petak sempit itu dibagi menjadi 17 bagian, sesuai dengan jumlah mereka. Masing-masing petak yang lebih sempit itu ditancapkan sepotong kayu yang ditempeli kertas putih bertuliskan nama murid. "Ibu, lihat! Suster kasih kami bibit, ini namanya tanaman Okra. Ini suster bawa dari Filipina."

Dengar kata Filipina sudah pasti akan menjadi kebanggaan buat mereka jika mereka bisa membuat bibit itu bertumbuh. Menariknya adalah bagaimana mereka berusaha merawat bibit okra tersebut hingga bisa bertunas dan menjadi besar tentunya. Dua anak malah berkata dengan sedih, "Ibu, lihat dulu b pu bibit nih sedih sekali. Kawan-kawan punya su tumbuh b pung belum," sambil menyiram bibitnya dengan menggunakan wadah plastik aqua gelas. Kemarin sore, sebelum masuk kelas saya lihat anak itu bolak-balik masih menggunakan wadah Aqua untuk menyiram pohon okra. (Foto menyusul)

Menulis cerita ini, saya jadi teringat sharing dari bapak Kadis PKPLH tentang bagaimana beliau berusaha untuk menghijaukan halaman rumahnya, dalam acara Sosialisasi Adi Wiyata di dinas PKPLH beberapa waktu yang lalu. “Evan dan Agi (nama kedua anaknya) itu, sudah punya pohon mereka sendiri di rumah. Satu tahun mereka menanam dua pohon dan sudah berjalan selama dua tahun.” Sepuluh hingga lima belas tahun dari sekarang, pohon itu tidak hanya memperindah halaman rumah, menyegarkan udara tetapi juga menyimpan kenangan bapak dan anak yang bisa diturunkan hingga ke generasi berikutnya.  

Menurut saya, hal sederhana ini adalah contoh bagus untuk memulai merawat alam dari rumah. Bapak dan Mama mulai suka menanam dan mengajak anak-anak untuk terlibat dan merawat satu atau dua tanaman milik mereka juga tanaman-tanaman lain.

Sekolah-sekolah sudah banyak juga yang mengajak murid-murid untuk lebih menghargai alam, meski hanya dimulai dengan membawa pot-pot kecil berisi bunga beraneka ragam. Dinas PKLPH juga sudah melakukan pemulaan yang baik dengan mengundang perwakilan dari sekolah-sekolah untuk mengikuti sosialisasi Adi Wiyata. Selanjutnya diharapkan ada kegiatan kemitraan dalam  pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah. Dari rumah hingga sekolah, semoga saja langkah-langkah kecil ini bisa membantu alam kita yang sedang sekarat untuk bisa terus bernapas.