Dua minggu lalu waktu ke sekolah,
anak-anak dengan bangga memamerkan bibit okra yang baru mereka tanam di petak
sempit di depan kelas. Petak sempit itu dibagi menjadi 17 bagian, sesuai dengan
jumlah mereka. Masing-masing petak yang lebih sempit itu ditancapkan sepotong
kayu yang ditempeli kertas putih bertuliskan nama murid. "Ibu, lihat!
Suster kasih kami bibit, ini namanya tanaman Okra. Ini suster bawa dari
Filipina."
Dengar kata Filipina sudah pasti akan
menjadi kebanggaan buat mereka jika mereka bisa membuat bibit itu bertumbuh.
Menariknya adalah bagaimana mereka berusaha merawat bibit okra tersebut hingga
bisa bertunas dan menjadi besar tentunya. Dua anak malah berkata dengan sedih,
"Ibu, lihat dulu b pu bibit nih sedih sekali. Kawan-kawan punya su tumbuh
b pung belum," sambil menyiram bibitnya dengan menggunakan wadah plastik
aqua gelas. Kemarin sore, sebelum masuk kelas saya lihat anak itu bolak-balik
masih menggunakan wadah Aqua untuk menyiram pohon okra. (Foto menyusul)
Menulis cerita ini, saya jadi teringat
sharing dari bapak Kadis PKPLH tentang bagaimana beliau berusaha untuk
menghijaukan halaman rumahnya, dalam acara Sosialisasi Adi Wiyata di dinas
PKPLH beberapa waktu yang lalu. “Evan dan Agi (nama kedua anaknya) itu, sudah
punya pohon mereka sendiri di rumah. Satu tahun mereka menanam dua pohon dan
sudah berjalan selama dua tahun.” Sepuluh hingga lima belas tahun dari
sekarang, pohon itu tidak hanya memperindah halaman rumah, menyegarkan udara
tetapi juga menyimpan kenangan bapak dan anak yang bisa diturunkan hingga ke
generasi berikutnya.
Menurut saya, hal sederhana ini
adalah contoh bagus untuk memulai merawat alam dari rumah. Bapak dan Mama mulai
suka menanam dan mengajak anak-anak untuk terlibat dan merawat satu atau dua
tanaman milik mereka juga tanaman-tanaman lain.
Sekolah-sekolah sudah banyak juga
yang mengajak murid-murid untuk lebih menghargai alam, meski hanya dimulai
dengan membawa pot-pot kecil berisi bunga beraneka ragam. Dinas PKLPH juga
sudah melakukan pemulaan yang baik dengan mengundang perwakilan dari
sekolah-sekolah untuk mengikuti sosialisasi Adi Wiyata. Selanjutnya diharapkan
ada kegiatan kemitraan dalam pengembangan pendidikan lingkungan hidup di
sekolah. Dari rumah hingga sekolah, semoga saja langkah-langkah kecil ini bisa
membantu alam kita yang sedang sekarat untuk bisa terus bernapas.