Sabtu, 30 Mei 2015

Berbagi

Saya masih menyimpan beberapa ribu rupiah sebagai persediaan terakhir untuk bertahan hidup. Telepon genggam saya berada di kamar, Ketika sedang bermain anak saya yang paling kecil, yang telinganya memiliki sensitifitas tinggi terhadap bunyi telepon yang masuk, sepertinya radar di otaknya sangat berkawan baik dengan gelombang suara dari hape apa saja di rumah kami.
Tiba-tiba dia berteriak : “Ma, Nelfon Ma”. Kakinya begitu cepat merespon gelombang suara itu, segera dia berdiri, berlari sekencang mungkin kearah sumber suara. Menemukan hape yang  ada di dalam kamar, mengambilnya dan memberikannya kepada saya.
Nomor hape suami saya, berkedap kedip di layar, menunggu untuk diangkat. “Hem tumben telp”, batin saya.

Selasa, 26 Mei 2015

Tak Ada Yang Abadi

Kosong memandangi layar
Melepaskan kemelekatan.
Memanggil satu persatu kenangan yang tersisa.
Tak ada yang abadi di dunia.
Harta ; Tak ada yang abadi.
Rumah warisan, Rumah hasil keringat,
Mobil warisan, Mobil hasil keringat,
Jabatan, Kekuasaan,
Suami, anak, keluarga
Tas, sepatu, baju berlabel “Branded”
Polesan kecantikan, kemolekan
Tak ada yang abadi.
Yang abadi adalah kebebasan

Rasa bebas dari kemelekatan.

Selasa, 19 Mei 2015

Cerita Di Balik Meja Makan

Berapa tahun lalu waktu sedang aktif-aktifnya mengikuti kelasnya Father Kons, di almamater tercinta SMUK Syuradikara, Saya dan Nane sering sekali di ajak makan di komunitas biara.

Menikmati makan siang atau makan malam di komunitas itu selalu membawa kesan tersendiri dan jadi kenangan yang tidak terlupakan.

Di ruang makan komunitas, bisa kita jumpai 2 meja panjang yang dipajang secara vertical di sebelah kanan dari pintu masuk, satu meja dipajang di horizontal terhadap ruangan. Dua meja ini dilengkapi dengan kursi-kursi kayu sederhana dan kokoh. Di samping kiri dekat jendela ada sebuah meja lagi tempat menyajikan makanan. Di tengah-tengahnya di dekat pintu keluar ruang makan menuju dapur ada satu meja panjang, tempat menaruh beberapa termos, kopi, susu, gula, roti, kue, sambal, saos, piring, dan gelas. Menu kesukaan saya adalah jagung rebus+sambal, dan setiap kali di ajak ke ruang makan saya selalu berharap menu itu akan ada lagi.

Pecahan

“A half” dalam bahasa Indonesia artinya setengah.

Beberapa hari lalu setelah membaca sebuah resep dan ingin mencobanya, dilihat dari ukurannya tentu akan menghasilkan kue bahagia yang banyak sekali. Bahan-bahan dalam resep itu 4 gelas gula halus, dan 4 gelas minyak goreng, dan ini juga merupakan percobaan pertama, maka saya memutuskan untuk membuatnya dalam setengah resep ; dengan tujuan jika gagal tak banyak terbuang.

Dalam suatu percakapan saya bertanya kepada anak saya : “Kak, menurut kakak dalam kehidupan kita sehari-hari kita pakai pecahan kah tidak?”.

Tanpa berpikir dia menjawab : “Tidak”.

Saya tersenyum lalu melanjutkan, “Misalkan harga 1 kg beras 10rbu rupiah. Uang mama Cuma 5rbu rupiah. Kalau mama ke pasar bawa 5rbu rupiah, mama bisa dapat berapa kg?”

Senin, 18 Mei 2015

Tentang Matematika

Semalam sewaktu belajar pecahan bersama anak saya, tiba-tiba saja ingin menulis tentang Matematika. Disadur dari beberapa sumber “Math For Kids”.

Matematika ada dimana, dan merupakan bagian yang penting hidup kita. Setiap aktivitas dalam hidup kita sehari-hari selalu ada kaitannya dengan Matematika. Ketika bermain game, memasak, menggunakan uang, menunjukkan waktu, membaca partitur music, atau aktivitas lain yang m menggunakan angka. Bahkan untuk menemukan satu channel TV juga menggunakan angka.
Matematika sendiri berdasarkan dari beberapa sumber, berasal dari bahasa latin mathmaticus dan juga bahasa Yunani mathematikos, yang berarti mathematical.

 “Matematika itu sendiri apa?”

Matematika sering diartikan dengan ilmu kuantitas. Kuantitas itu sendiri adalah jumlah dari sesuatu. Banyaknya sesuatu dalam angka. Cabang dari Matematika yang masih sering dipakai dari dulu sampai sekarang adalah Aritmatika dan Geometri yang menghitung jumlah dari angka-angka dan bentuk. Meskipun Artimatika dan geometry masih merupakan cabang penting hingga sekarang, matematika modern memperluas ilmu ini ke cabang-cabang yang lebih kompleks dengan menggunakan sejumlah besar kuantitas yang beragam.

‘Siapakah manusia pertama yang menemukan ide tentang Matematika?”

Tidak ada seorang pun yang tahu siapa orang pertama yang menggunakan bentuk matematika sederhana. Orang-orang purba diperkirakan menggunakan sesuatu  yang menyerupai matematika karena mereka sendiri belum mengetahui konsep satu, dua, tiga. Mereka mungkin menggunakan hal-hal yang ada di sekitar mereka seperti 1 untuk bulan atau matahari, 2, untuk mata mereka dan sayap burung, 3, untuk daun yang bersirip tiga, 4, untuk kaki seigala dan seterusnya.

Para arkeolog juga menemukan bentuk kasar dari matematika yang terkait dengan system hitunga dari populasi kuno tertentu. Seperti tanda-tanda dalam batang-batang kayu, tulang-tulang binatang, pilar, atau batu-batu yang menyerupai kelereng. Ini mengindikasikan bahwa beberapa jaman prasejarah tertentu sudah menggunakan sekurang-kurangnya cara sederhana dari penjumlahan dan pengurangan secara visual, tetapi mereka belum memiliki system penomoran seperti yang kita pelajari dan ketahui sekarang ini.

Ada cerita bahwa pada jaman dahulu kala ada seorang manusia gua lelaki sebut saja OOg, pulang berburu dan membawa makanan untuk kawan lawan jenisnya. “Berapa potong daging yang kau bawa?”, Tanya si lawan jenisnya. “uuu”, jawabnya sambil menunjukkan sepotong daging segar di tangannya.

Keesokan harinya dia datang kembali dan lawan jenisnya bertanya “Berapa potong daging yang kau bawa?”. “uuu uuu”, jawabnya sambil menunjukkan dua potong daging segar di tangannya.
Hari ketiga dia ketika ditanya OOg menjawab dengan tarikan “uuuuuuuuu yang sangat panjang sekali, sambil menunjukkan potongan-potongan daging segar yang jumlahnya lumayan banyak. 

Nah bisa kau bayangkan ketika kau membawa pulang uang sebanyak 100 perak saja dan harus mengulang “uuu”, sebanyak 100 kali?



Minggu, 17 Mei 2015

Renungan Tentang Cinta

Pertama, jangan tertarik pada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah.

Kedua, awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak mengubahnya seperti apa yang kita inginkan. Jika tidak kita hanya temui pantulan diri sendiri yang kita temui dalam dia.

Ketiga, ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi acapkali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.

Keempat, orang-orang yang berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal yang terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.

Sabtu, 16 Mei 2015

Indahnya Cinta

Damai dan cinta  jika digambarkan dia bisa berwujud sebentuk buah hati merah bercahaya terang, berpendar-pendar ke seluruh penjuru, atau bisa berwujud malaikat dengan sayap putih lembut menjulang tinggi yang sedang mengulurkan tangannya menggapai setiap sudut-sudut gelap hati yang terbalut luka, menerangi dan memulihkannya kembali dan menjadikannya baru sedia kala.

Tidak semua orang terlahir dengan cerita indah akan masa kecilnya, dan tidak semua orang yang hidup dengan minim kasih sayang bisa menjadi orang penyayang dan penuh kasih. Memberikan lebih banyak kasih kepada hidup melampaui kekurangan kasih yang kita butuhkan, akan mendatangkan kasih yang nilainya dua kali lipat bahkan berkali-kali lipat dari yang kita butuhkan :). 

Jika di Negara Barat setiap luka bisa dipermudah dengan beberapa kali rekayasa utak atik masa lalu lewat proses psikologis. Maka di ‘negara miskin’ dimana untuk makan saja kau masih berpikir apalagi harus membayar seorang psikolog, maka hal sederhana yang bisa kau lakukan adalah berhenti menjadi ‘debt colector’ dengan terus berusaha menghentikan sikap mengasihani diri sendiri yang berdiri tegak bak tirani di atas dirimu yang semakin merangkak jatuh. Debt Collector yang terus menagih hutang-hutang masa lalu,  ayah/ ibu, dia, mereka, kau seharusnya memperlakukanku seperti ini atau itu.

Hidupnya hidupku, jangan membanding-bandingkanlah. Sekelam apapun hidup kita, mari bangkit berdiri, Tuhan ada dimana-dimana dan bahkan tempat terdekat adalah di dalam hati kita. Dia yang selalu menatap dengan awas, Dia yang terkadang membiarkan sesuatu hal terjadi untuk membuat kita belajar dan mengambil hikmahnya,

Berapa lama proses belajar itu tergantung dari diri kita, maka lebih cepat lebih baik. Maka mari berbenah diri, berpikir bertindak dengan cara yang benar, jangan lama-lama galau. Lihat dengan mata hati betapa indahnya rasa cinta, kedamaian dan pengampunan yang Tuhan tawarkan.

Refleksi 5 menit sebelum pergi tidur. 


Senin, 11 Mei 2015

Gasing Buatan

Jeri : “Ma, ada ballpoint yang son pake lai ko?”

Me : “Di mama masih baru semua, kakak yang tahu masih pake k tdk?”. (Terus diam, te lama sama kawannya dia su menghilang dari kamar).

Beberapa jam kemudian, saya ke kamar mencari penjepit pakaian yang biasa dipakainya untuk membuat robot-robotan. Sa pu darah langsung naaik, lihat ballpoint su tergeletak di lantai, tanpa isi su telanjang semua. Saya mencak-mencak sendiri, eh pas kakak lewat di depan pintu. Pas tuh e…
Me : “Kakak, sini cepat, (kk pu muka su lain-lain tuh). Ini Ballpoint kenapa jadi begini..? ini pake untuk tulis, beli dengan uang bukan ambil-ambil sa di toko”.

Kakak tertunduk. Dengan takut-takut dia jawab : “Kakak su pakai main”.

Me : “Bermain apa sampai kasih rusak ballpoint begini, sekarang ballpointnya mana, bawa sini isi kembali ko buat bae-bae”.

Kakak keluar pergi ambil ballpointnya dan berkata : “Ini, Ma katong su buat jadi ini”.

Saya tidak jadi marah, kaget. Itu Ballpoint su tea da bentuk lai. Tinggal ujungnya saja yang berfungsi sebagai poros. “Terus yang atasnya kamu pakai apa?”, Tanya saya. “Pakai botol parfum bekas, Ma!” jawabnya.

“Kakak, yang kalian buat ini kreatif tapi lain kali coba pikirkan barang lain e yang benar-benar tidak terpakai, kalau pakai isi ballpoint yang su ti ada tinta tidak masalah, pakai saja. Tapi kalau pakai ballpoint baru, aduhhhh jangan e, terakhir kali ini”. “Iya Ma”, Jawabnya,



Minggu, 10 Mei 2015

Dukungan Sesama Mama

Dalam beberapa bacaan yang pernah saya baca bumi sering di konotasikan dengan “Mama”. MEngapa harus seorang mama? Mungkin karena bumi menciptakan dan menopang kehidupan sama seperti Rahim seorang mama yang menopang sebuah nafas kehidupan yang dititipkan oleh penguasa tertinggi atas semesta ini.

Menjadi seorang mama adalah suatu pekerjaan besar, pekerjaan seumur hidup, no real training course. Kita harus menghadapi sakitnya jalan lahir yang terdesak oleh sebuah kehidupan yang tak sabar menghirup udara bebas, tanpa harus bergantung pada plasenta sang mama. Kita juga harus dituntut untuk tetap tenang ketika menghadapi demam tinggi yang tiba-tiba menyerang buah hati kita. Kita dituntut untuk lebih kreatif menghadapi anak-anak yang selalu ingin tahu,

Kamis, 07 Mei 2015

Bernyanyi

Saya suka sekali menyanyi dan salah satu mimpi saya yang harus saya tinggalkan adalah menyanyi. Dahulu waktu di SMPK Ndao, pas ada acara apa begitu, di tunjuk untuk membawa acara salah satunya adalah menyanyi. Dan satu kebohongan yag saya dengar dari kakak kelas saya dan bodohnya saya malah mempercayainya adalah : “Suaramu Jelek, tidak usah menyanyi”. Sejak saat itu saya mulai bernyanyi dengan pelan hampir tak terdengar, malu. 

Tapi keinginan untuk menyanyi seperti terus memanggil. Maka terus mendengarkan lagu dan bernyanyi. Bernyanyi untuk diri sendiri.

Yogyakarta. Kehilangan focus yang saya pikirkan hanyalah bernyanyi. Naik turun bis ngamen sama abang-abang pengamen ; nyanyikan lagu yang sedang naik daun waktu itu “You’re still the One”. Dll. Salah satu abang itu suaranya bagus benar dan dia ahli menyanyikan lagu-lagu latin, lalu banyak hal saya pelajari dari mereka. Saya mulai bertanya pada siapa saja, ka Eddy Due Woi, Thamrin. Belajar cengkokan dari Janet Wa’u, Angky Febrian, Mercy Dala, Eman Lale sewaktu berlatih bersama untuk audisi Indonesian IDOL di JEC, dan sempat ikut kursus vokal tapi tak lama tapi sedikit banyak ada yang terserap. Yang paling mengesankan adalah ketika bernyanyi bersama dalam tanggungan KOOR warga Janti di malam Natal, ada Mabes, dan masih banyak yang lain.

Ke Jakarta, bertemu om Yos, lihat performnya om Hans membuat saya jadi semakin haus untuk berlatih bernyanyi. Salah satu nasihat mereka, adalah “Bernyanyi harus lepas, jangan ditahan, belakangan baru saya mengerti ; bernyanyi dengan hati, dan vocal  yang keluar sangat tergantung pada bentuk mulut kita ; jadi jangan takut tampak jelek.” Jamannya AFI mba Bertha jadi juri, lalu saya bermimpi kapan bisa di mentor oleh wanita berbobot itu yahJ

Lalu sekarang ada Azizah. Selama ini lihat status teman-teman yang membicarakan kontestan KDI. Belum pernah nonton juga, tiap kali duduk depan TV pasti sudah selesai. Semalam ada yang puku paka depan TV. Saya terbangun untuk membuatkan susu buat Lodya.

 “Ma, ini KDI yang dong bilang Azizah orang Maumere”. Kata suami. “Oh yah, sudah nyanyikah dia?” tanya saya. “SUdah Ma, sedang di nilai”, jawab suami. Ketika saya kembali kebetulan mba Bertha sedang memberikan penilaian. Masukkan dari Mba Bertha itu seperti pengetahuan baru buat saya. Ketika menyanyikan lagu-lagu up-beat dengan jarak antar kata yang sangat sempit, teknik diperlukan biar tidak kedodoran kata mba Bertha”. Wah keren sekali.

PAgi ini suami pulang sarapan dan kembali membahas Azizah, hebohnya komentar-komentar pedas terhadap Mba Bertha dari sahabat-sahabatnya di Maumere.

Dan kami sampai pada satu kesimpulan : “kasihan e, harusnya pendukung Azizah melihat semua komentar pedas mba Bertha itu sebagai suatu apa yah dorongan, motivasi, ilmu baru yang perlu di perhatikan dan ditampung dan dipraktekan. Dalam hidup kita memang membutuhkan penilaian-penilaian jujur seperti mba Bertha, yang berani ngomong langsung tentang kekurangan kita, tanpa ada perasaan nanti yang diberikan kritik tersinggung atau apalah-apalah. Dan buat saya sendiri  yang namanya belajar harus punya sikap rendah hati, kalau lagi belajar kita sudah merasa sudah lebih pintar dari yang yang memberi pelajaran, hah kapan baru bisa maju.”

Atas dasar sama-sama merasa dari Flores, sebagai Fans yang baik mari kita juga menerima semua kritik pedas itu sebagai sesuatu yang baik dan membangun buat AZIZAH.

Hidup Mba Bertha, Hidup AZIZAH, Hidup Maumere, Epang Gawang…!

Saya sekarang hanya seorang ibu rumah tangga, yang masih terus bernyanyi memujiNYA dan bernyanyi untuk anak-anak saya selalu J



Rabu, 06 Mei 2015

Hikmat untuk Pengaruh Positif pada Anak

Ellen G White dalam bukunya Child Guidance berkata : “Anak-anak bertumbuh berdasarkan pengaruh dari mereka yang ada di sekeliling mereka.” Maka, kita harus lebih bertanggung jawab serta hati-hati terhadap tindakan kita sendiri ketika itu berbicara tentang pengembangan tabiat.

Tidak ada filosofi yang lebih bodoh dari orang tua yang berkata : “Lakukan saja apa yang saya katakan bukan apa yang saya buat..!”

Seberapa sering kita menjadi orang tua yang bodoh yang meminta anak melakukan apa yang kita katakan daripada memberikan contoh terlebih dahulu. Kita meminta anak untuk tidak memaki tetapi mulut kita penuh cacian, kita meminta anak kita untuk belajar jangan hanya menonton TV tetapi mata kita tak pernah lepas dari layar monitor berdimensi panjang kali lebar yang beragam di rumah kita; yang menampilkan adegan-adegan tak masuk akal, kita meminta anak kita untuk membaca tapi kita sendiri asyik menelusuri gadget canggih milik kita, atau menjepit ponsel di telinga  berjam-jam ngobrol ngalor ngidul tak ada inti.

Kita meminta anak kita untuk tidak berkelahi di sekolah, tapi kita mempertontonkan pertengkaran adu mulut dan fisik mengerikan dengan pasangan kita atau siapa saja di rumah tempat kita tinggal. Kita meminta anak untuk menghargai teman-temannya apakah di sekolah atau di rumah-(jangan mengejek) ; tetapi kita sendiri lebih sering memanggil anak kita bukan dengan nama indah yang kita berikan dengan kebanggaan sewaktu mereka dilahirkan, nama itu sekarang menjadi “banci, monyet, raksasa, bontak, bodoh dan sering memanggilnya dengan “makian” contohnya “we t*l* lu su lempar buang lu pung petasan dimana?”.

Seberapa sering kita menjadi orang tua yang bodoh...? Dan relakah kita menjadikan anak kita menjadi pelaku bullying di sekolahnya atau di masa depannya?. Karena saya percaya bullying yang terjadi di sekolahan banyak disebabkan oleh perlakuan yang anak dapatkan di rumah.


Maka mari kita berdoa agar Tuhan memberikan kita hikmat untuk selalu memberikan pengaruh yang positif kepada anak-anak kita, lebih khusus lagi ketika kita berada di dalam rumah. 

Cantik Itu Kasih

Aku membasuh punggungnya yang tak berbaju tertimpa mentari pagi, semakin basah oleh cipratan-cipratan air yang dimainkkannya dalam tawa.

Selanjutnya kubiarkan dia menikmati waktunya, berendam dan bermain air di dalam bak.
KUpandangi sekelilingku, sepetak pekarangan yang kini tak berumput untuk sementara waktu, cukup puas sudah mencabuti semua rerumputan liar itu. Hijaunya dedaunan, basahnya tanah dan daun seperti membawa kedamaian yang dalam sekali.

Seketika aku merasa begitu cantik, memiliki tangan yang tak halus yang cukup kuat untuk mencabut rerumputan, untuk mencuci piring dan pakaian, menggosok kamar mandi, memasak dan menguleni roti, memiliki tumit yang pecah-pecah karena kaki yang sering terkena air cucian, atau tanah berlumpur, kulit yang menghitam karena beberapa saat harus bertahan di bawah mentari, dan ukuran celana yang tak lagi sama seperti 10 tahun lalu, lemak yang bergelambir sejak melahirikan seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan.

Semua penampilan fisik itu tidaklah menjadi masalah besar bagiku. Bukan berarti aku tidak merawat tubuh. Aku membersihkan wajah serutin yang aku bisa, membersihkan kotoran-kotoran di tubuh dengan menggunakan batu apung yang kutemukan di pinggir pantai ketika terakhir kali ke pantai bersama suami dan anak-anak, karena aku tak tahan harus berlama-lama luluran (that’s not me). Aku memberikan perawatan yang cukup baik ke atas rambutku, shampoo+conditioner sudah cukup, dan untuk alasan kesehatan serta kenyamanan aku mulai belajar mengalahkan rasa malasku, mengenakan sepatu di sore hari dan mulai berlari meskipun hanya 3 kali putaran disertai senam karate sebisa mungkin. Itu semua sebagai rasa tanggung jawabku atas apa yang Tuhan berikan padaku tubuh tanpa cacat yang harus dirawat dan dijaga.

Di atas itu semua aku merasa sangat cantik, untuk setiap masa lalu yang telah terlewati, untuk setiap kesukaran, untuk setiap air mata, untuk setiap cobaan, yang mendaratkan aku pada saat ini, dengan pemikiran, dengan pembelajaran yang luar biasa. Aku berterimakasih untuk itu semua Tuhan. Damai itu begitu dalam dan terasa, rasanya seperti dilingkupi kasih yang begitu besar.

Aku tersenyum dengan tulus kepada tumbuhan kemangi, tomat, Lombok, merungga, papaya yang ada dihadapanku, tersenyum terhadap semesta yang memberikan kedamaian yang indah, aku yakin DIA ada.

Aku berpaling ke gadis kecilku, dia masih menikmati dinginnya air. Aku berbisik lirih kepadanya hampir tak terdengar : Anakku, jika kau besar nanti milikilah perasaan cantik karena kasih yang terus bertumbuh dalam dirimu, kasih yang tulus. Jangan berusaha menjadi cantik hanya untuk ukuran cantik semu yang didefinisikan oleh iklan-iklan TV. Jadilah cantik dengan menjadi dirimu sendiri, yang tulus, yang apa adanya, dan yang jujur, dan yang senantiasa takut akan Tuhan. Di sudut ruang hatimu yang kosong, hadirkan DIA yang maha segala-galaNYA, biar kecantikanmu terpancar karena kasih yang hadir lewat kehadiran-NYA.


Refleksi beberapa menit, sehari sebelum usiaku bertambah satu, ketika memandikan putri kecilku.