Jumat, 07 Agustus 2015

Pipa HDPE, Pipa Air Bersih

Dua hari lalu, sebuah truk berhenti persis di depan kontrakan kami. Bukan untuk menurunkan material bangunan seperti yang sebelum-sebelumnya, maklum di sekitar kontrakan sedang ada yang membangun rumah-tetapi untuk menurunkan bapak-bapak dan ibu ibu usia paruh baya, anak-anak muda dan para lelaki usia sekitar 30-40 tahunan. Mereka semua menggunakan pakaian kerja. Ibu-ibu terlihat menggunakan capit sawah, beberapa menutup kepala mereka dengan kain untuk melindungi kepala mereka dari sengatan matahari. Setiap dari mereka, membawa tiga alat berbeda masing-masingnya, sekop, pemukul batu dan linggis.
Mama-mama yang ikut bekerja.

Bapak dan ibu yang ada kelihatannya seperti pasangan suami istri. Mereka bekerja menggali dan memindahkan tanah galian secara berpasangan. Setiap pasangan mengerjakan setengah meter galian, terus memanjang hingga beberapa ratus meter kedepannya. Pasangan suami istri itu terlihat kompak dalam bekerja, di beberapa meter berikutnya terlihat pasangan-pasangan lain anak muda atau bapak-bapak, yang tak terlihat adalah pasangan muda kekasih…

bekal seadanya
Hari ini, masih pagi persis ketika suami sampai rumah setelah mengantar anak, truck berwarna merah, dengan bak belakang terbuat dari besi itu datang lagi, kali ini membawa pipa plastik berwarna hitam, dengan pekerja-pekerja di belakangnya pula.

Suami saya mengintip sebentar dari jendela, “Ma, lihat su, sekarang banyak orang beralih ke pipa HDPE, bukan lagi PVC”. Perkataan suami terhenti sampai disitu, karena harus mandi dan bersiap-siap ke kantor. Rupanya truk merah itu parker tepat di belakang kontrakan kami. Ketika mengantar suami di halaman belakang saya mengutarakan keinginan saya untuk pergi melihat dan mengambil beberapa foto. “Iya pergi sudah, sebelumnya ganti pakaian dengan yang lebih sopan..:)”. Dalam hati yah tentu saja, saya tidak mungkin menghampiri kerumunan orang-orang itu hanya dengan menggunakan daster”.

Jaraknya tidak begitu jauh hanya beberapa puluh langkah saja. Saya meminta ijin kepada dua ibu paruh baya untuk mengambil gambar mereka. Dengan senang hati mereka mempersilahkan saya. Yang menarik perhatian saya adalah seorang bapak yang menggunakan Tii Langga, topi khas daerah Rote Ndao. Seorang anak muda dengan kacamata hitam dan kain yang menutup mulutnya. Mereka saling bergantian menggali, memecahkan batu besar dan keras.

Saya kemudian pergi menuju tempat di mana beberapa bapak dan anak muda sedang menyambung pipa HDPE tersebut. Saya meminta ijin untuk mengambil gambarnya sekalian mengamati prosesnya. Pipa HDPE adalah pipa-pipa polyetena yang berdensitas tinggi, merupakan polyetilena termoplastik yang energy dan bahan bakunya berasal dari minyak bumi, dimana dibutuhkan 1,75 kg minyak bumi untuk menghasilkan 1 kg HDPE. Kenapa HDPE lebih sering digunakan saat ini mungkin karena beberapa kelebihannya yaitu tahan terhadap korosi, tahan terhadap bahan kimia, mampu menahan tekanan tinggi, memiliki tingkat keretakan yang rendah, daya tahan impact yang tinggi dan elastisitas tiggi sehingga memiliki life time lebih dari 50 tahun.

Di atas bak truk tersebut, terdapat genset atau kepanjangan dari generator set adalah sebuah perangkat yang berfungsi untuk menghasilkan daya listrik dengan perangkat mesin diesel berbahan bakar solar atau mesin berbahan bakar bensin. Tapi saya sedang tidak ingin membahas genset disini. Genset ini berfungsi sebagai sumber energi listrik  untuk bisa menyalakan welding machine dan pipa-pipa HDPE berdiameter 63 mm tersebut bisa tersambung.

Pipa-pipa tersebut saling dihadapkan di atas mesin las, dikunci pada posisinya. Untuk memperhalus masing-masing permukaan kedua pipa digunakan mesin yang berfungsi meratakan, buat saya lebih mirip rautan karena hasil potongannya berbentuk spiral sama seperti rautan pensil yang diruncing. Setelah kedua permukaannya sudah licin, sebuah plat baja di letakkan di antara keduanya dengan posisi permukaan menempel pada pelat baja tersebut. Ketika temperature baja mencapai suhu 200 derajat celcius, dan permukaannya sudah leleh, plat baja itu diangkat lalu kedua ujung pipa itu disatukan, diamkan sebentar hingga dingin kemudian pipa yang sudah disambung itu ditarik dari welding machine dan ujung pipa yang satu siap untuk disambung dengan pipa yang lain. Panjang 1 pipa sekitar 6 m, total 30 m dari 5 pipa yang disambung. 

Karena keunggulannya  pipa HDPE ini menjadi pipa standard air minum di departemen PU. Hampir seluruh proyek air bersih yang didanai oleh pemerintah RI menggunakan pipa HDPE jenis pipa Air bersih. 


Pengamaatan sudah selesai, saatnya kembali ke rumah untuk memandikan Lodya. Pelajaran selalu bisa didapat dari mana saja…J