Minggu, 14 Januari 2018

John far

Pagi hari ini cerah, tak semendung beberapa hari yang telah lewat. Matahari, mesti tak segarang biasa, hangatnya mampu menepis dingin yang menusuk tulang. Aku menikmati setiap paparan cahaya yang membasuh kulitku, dan kilau keperakan yang memantul dari tanah putih di sepanjang jalan yang aku lewati.

Selesai mengantar anak ke sekolah, sudut pandang favorit seperti memanggilku mendekat, secangkir susu panas, bunyi air yang jatuh, derak derik dedaunan, burung-burung bersambut dalam nada yang tak tunggal menjadi magnet berkekuatan besar untuk membuatku duduk, menyalakan laptop dan mulai menulis.

Dua halaman word yang belum disimpan menyambut, aku berpaling ke halaman kedua yang berjudul, ‘John far,’ judul asing karena aku merasa tak pernah menulisnya. Membacanya sepintas membuatku tersenyum dan mengingatkanku akan sebuah kutipan, “Jangan khawatir jika anak-anak tidak mendengarkanmu, merasa khawatirlah ketika ia memperhatikanmu.” Aku sama sekali tidak merasa khawatir kali ini, rasa yang ada sangat berbeda ketika aku dirundung rasa marah dan kesal ketika anak-anak tidak mengindahkan kata-kataku, rasa khawatir kalau-kalau kata-kata yang tak pantas keluar dari mulutku tanpa aku sadari dan mereka memperhatikan tingkah burukku saat aku di luar kontrol, lalu menjadi penyesalan mendalam saat-saat refleksiku di malam hari, berharap semua itu tak menetap dalam kalbu mereka.

Aku bukan seorang penulis, hanya seorang ibu rumah tangga yang suka menulis, yang suka membaca, kesukaan yang rupanya menjadi perhatian anak-anak, lalu menjadi contoh tanpa aku harus bersusah payah memintanya.

John far
 Saat itu john dan teman teman serta kedua saudaranya pergi berlibur ke sebuah pulau, pulau yan indah dipenuhi banyak sekali tumbuhan dan hewan langkah, pantai indah serta  pancaran sinar matahari yang memantuldi air. Mereka sangat menikmati keindahan tempat itu sebelum melihat neraka dan kejahatan dari tempat itu, john dan kawan kawanya serta saudara saudaranya ditangkap oleh organaisasi yg menguasai pulau itu.”

Tulisan di atas bisa berangkat dari imaginasi game-game petualang yang ia mainkan atau episode-episode Pirates of Caribean yang ditontonnya di hari Sabtu dan Minggu. Bukan hal yang luar biasa, tapi bagi saya adalah awal yang bagus saat ia mulai belajar memindahkan sepotong adegan ke dalam bentuk tulisan.

Ada banyak yang harus diperbaiki dari kalimat-kalimat diatas, pemakaian huruf kapital, penggunaan tanda baca dan beberapa hal lainnya, dan semua itu bisa kami pelajari bersama-sama. Dan waktu menulisku pagi ini berubah menjadi suatu kekaguman disertai beberapa daftar yang perlu dipelajari.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar