Senin, 13 Juli 2015

Belum Ada Judul ; Belajar Menulis

Tulisan ini belum ada judul, ketika selesai baru judulnya menyusul....:). 

Ariana menggenggam beberapa butir pil, kira-kira 10 butir pil pembunuh rasa sakit di tangannya, yang sewajarnya 1 butir saja sudah cukup untuk mematikan rasa tak nyaman yang menari-nari di dalam kepalanya. Tapi dia sedang tidak pusing atau sedang demam. Dia sedang mengalami suatu keadaan yang cukup membuatnya gila. Depresi ringan.

 Di bawah lampu yang meremang, di sudut lemari dia duduk diam-diam menangisi hidupnya. Berita itu sungguh membuatnya kehilangan kendali atas hidupnya. Bahwa suami yang dicintainya, yang ketika terpisahkan jarak tak pelak lagi ; pergi menelusuri lorong-lorong gelap dengan kamar-kamar kecil disisinya, kamar-kamar dengan pencahayaan minim, berpenghuni makhluk-makhluk cantik bertubuh molek nan seksi bak topeng sempurna menutupi jerat di balik keindahan penampakan luarnya, penyakit menular dan pertengkaran hebat rumah tangga dari pria-pria beristri yang mengunjunginya. Dan pikiran-pikiran yang luar biasa liar kini menjadikan pening itu ada. Dia menatap pil-pil itu, segelas air ada di sebelah tangannya, di tengah semua kegilaan itu, gerakan tangannya terhenti, tatapannya jatuh pada tubuh mungil yang sedang terlelap di hadapannya, dia terbangun beberapa jam kemudian sedang memeluk lelaki kecilnya dengan kulit wajah yang sedikit kaku, air mata yang mengering menjadi masker wajah cantiknya.

Sudah hampir dua tahun, mereka menjalani kehidupan rumah tangga jarak jauh. Suaminya, Chris ditempatkan berkilo-kilo jauhnya dari tempat tinggal mereka. Mereka memiliki 3 orang anak. Melly, Maria dan Michael. Melly, gadis 20 tahun itu kini sedang melanjutkan studinya di pulau Jawa. Maria, gadis 15 tahun, kini berseragam putih abu-abu dan Michael, anak 7 tahun berseragam putih merah. Sekolah Maria dan Michael menjadi alasan kenapa Ariana tidak mengikuti suaminya. Dia sendiri memiliki usaha sebuah toko kelontong yang sedang berkembang di kota yang tak besar itu.

21 tahun yang lalu, Ariana adalah seorang gadis 18 tahun berwajah cantik, dengan tubuh ideal yang menjadi idaman para pria. Ariana bisa dikategorikan syahrini tahun 80-an di kota yang tak besar itu. Dengan perhiasan mewah di tubuhnya, dari baju berbantalan bahu yang memberikan siluet bahu berbentuk persegi sempurna - celana sanggurdi berbahan kain elastis dengan sanggurdi di sekitar bawah kaki ; menarik celana untuk tetap jatuh ke bawah memberikan bentuk segitiga pada kaki yang tidak menarik, hingga rok mini berbahan denim atau katun yang disandingkan dengan kaus berukuran yang dilipat dengan lipatan kecil di lengan-lengannya, dari sepatu tak berhak, hingga bercenti 10 dan bertali-tali seperti kasut para ksatria Roma, beberapa di antaranya terbuat dari bahan yang dicampurkan dengan glitter memberikan kesan kelap-kelip ketika tertimpa gemerlapan lampu disko, dalam pesta di bawah terpal sederhana.

Mereka bertemu di sebuah pesta pernikahan sahabat Chris, Tian si pengantin pria. Pengantin wanitanya sendiri adalah sahabat karib Ariana, Andini. Ariana yang saat itu mengenakan gaun cokelat sederhana, dengan ikat pinggang kecil menjelaskan betapa indah lekuk tubuhnya, begitu memikat mata Chris. Ada banyak gadis cantik di bawah terpal itu. Matanya tak sanggup berpaling ke yang lain, terpaku pada bayangan Ariana yang sedang berdisko ria bersama teman-teman se-gengnya. Bayangan Ariana selanjutnya menari-nari tanpa henti di pelupuk matanya sejak saat itu.

Kesadaran sebagai primadona seperti membuat Ariana tanggap pada setiap tatapan yang beralamatkan dirinya sendiri. Dengan lirikan mata, dia menemukan pria itu bercelana denim belel, baju putih berkerah tinggi dengan dada terbuka, bersepatu bruce-lee, memegang segelas bir di tangannya sedang menatapnya lekat-lekat. Sekali waktu pandangan mereka beradu, degup jantung Ariana seakan terhenti dengan getar-getar aneh di dadanya, Ariana telah luluh di pandangan pertama. Dan sejak saat itu bayangan lelaki itu tak berhenti mengisi pikirannya, siapa namanya, siswa sekolah mana, di mana rumahnya dan sensasi-sensari hangat yang ia rasakan di sekujur tubuhnya mengikuti gejolak hatinya.
                                                                                ***
                                               



Tidak ada komentar:

Posting Komentar