Minggu, 26 Juli 2015

Takut Akan Gelap (nyctophobic)

Gelap yang dipercaya sebagai tempat tinggalnya makhluk-makhluk malam dengan rupa-rupanya yang menyeramkan sungguh menjadi momok yang menakutkan bagiku. Rasa takut yang mengendap, mengakar mengikat dan mencengkeram bahkan mematikan langkah-langkahku untuk melakukan sesuatu di bawah langit yang gelap. Rasa takut yang sangat besar, yang bermula dari ungkapan “awas, ada banyak setan di luar. Ada Nenek gigi ompong yang wajahnya hitam, Ada manusia berwajah plat, tidak punya mata, telinga, hidung dan mulut. Jangan dekat-dekat jenazah yang disemayamkan, ada jenazah yang bisa bangun dan biasanya memeluk pelayat yang berdiri di depannya, dan berbagai macam cerita konyol.

Sayangnya, dongeng masa kecil yang berwujud asli kebohongan itu tumbuh liar, membelah diri
dengan angka kelipatan yang besar, mengurungku bertahun-tahun. Dari sebuah artikel diketahui bahwa hampir semua anak mengalami takut gelap salah satu jenis ketakutan di antara beragam phobia yang ada. Penelitian mengungkapkan bahwa hampir 90 % anak-anak mengalami ini,  dan ketika mereka tidak dapat mengatasinya membawanya hingga usia mereka beranjak dewasa maka ketakutan masa kanak-kanak itu menjadi phobia yang bisa menjadi halangan dalam hidupnya dan mengurangi produktivitasnya.


Normalnya orang mengkhawatirkan apa yang tidak dapat dilihatnya dalam gelap, seperti takut menabrak sesuatu atau orang di hadapannya;  tetapi tidak dengan mereka yang mengalami fobia akan gelap, atau sering disebut nyctophobic. Selain ketakutan akan apa yang tak terlihat, nuansa gelap sendiri sudah sangat menakutkan. Berada sendirian di ruangan ataukah alam gelap bisa menyebabkan kepanikan, gemetaran atau berkeringat.

Dan seperti itulah diriku. Jiwaku menjadi kecil dan ciut ketika terjebak kegelapan. Keadaan dimana terang dan gelap berganti tanpa menunggu aba-aba. Di saat ruangan tiba-tiba menjadi gelap, serta merta aku akan berdiri diam di tempat, sambil memanggil orang-orang di sekitarku dengan histeris berimajinasikan makhluk-makhluk menyeramkan yang seperti nyata ada di sekitarku hendak memeluk atau yang akan muncul tiba-tiba di hadapanku.

Pada tingkatan tertentu orang dewasa yang mengalami ini memerlukan tenaga professional (psikolog) untuk membantu mereka mengurangi rasa takut mereka akan gelap. Sejak menjadi seorang ibu, mau tidak mau aku harus bisa mengatasi masalah ini. Tentu saja aku tak ingin mewariskan ketakutan ini ke anak-anak. Ketakutan akan gelap, suatu keadaan dimana aku tak bisa melihat apapun selain kegelapan, tak dapat melihat sudut-sudut ruangan, lalu mempercayai bahwa di setiap atmosfir di luar tubuhku sendiri, menjadi tempat tinggal makhluk yang konotasinya adalah setan.

Mungkin keberadaan makhluk-makhluk halus itu ada, seperti yang diceritakan dan menjadi dongeng. Tapi selama mereka memiliki dunia mereka sendiri dan kita tidak mengusiknya, tidak ada yang perlu ditakutkan.

Yang perlu menjadi perhatian, jangan biasakan atau sekalipun menakut-nakuti anak-anak balita kita, dengan imajinasi-imajinasi menyeramkan, hanya karena kita tidak ingin mereka bermain di luar karena hari sudah gelap atau agar mereka menjadi takut dan mau membuka mulut untuk disuapi, atau agar mereka berhenti bermain dan segera tidur.


Katakan alasan dengan jelas dan masuk akal, mengapa tidak boleh ada banyak aktivitas di tengah kegelapan, agar tidak tertabrak sesuatu atau orang. Jika kita tidak ingin anak-anak kita menjadi anak-anak yang jiwanya kecil, dan membawa rasa takut yang berlebihan dalam hidup mereka. Karena gelap juga merupakan bagian dari hidup. Dan setiap temaram rembulan juga harus diterima sebagaimana terangnya mentari. 

Lalu bagaimana dengan Anda, apakah Anda juga termasuk orang yang takut akan gelap berlebihan? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar