Sabtu, 27 Juni 2015

Suami dengan Kecerdasan Emosional.

Data menunjukkan adanya indikasi transformasi para suami dari pasangan-pasangan yang baru menikah. Sebanyak 35% pria yang kami pelajari termasuk dalam kategori “Suami-suami dengan kecerdasan Emosional”.  Tipe suami jenis ini adalah suami-suami yang sangat menghormati dan menghargai istrinya, mereka sangat terbuka untuk mendengarkan apa yang dirasakan oleh istrinya, mengerti dunia sang istri, anak-anaknya dan teman-temannya. Dia mungkin tidak menganggapi emosi seperti istrinya, tapi dia belajar untuk bagaimana bisa terhubung dengan istrinya secara emosional. Dia membuat pilihan-pilihan yang menunjukkan bagaimana ia menghormati istrinya. Misalnya : ketika dia sedang menonton pertandingan sepak bola, dan istrinya ingin berbicara, maka dengan senang hati tanpa merasa terganggu dia akan mematikan TV dan mendengarkan.
Dia lebih memilih “kita” daripada “saya”.

Suami dengan dengan kecerdasan emosional merupakan sebuah perkembangan dalam evolusi social. Ini tidak berarti bahwa pribadinya, akhlak dan bawaannya lebih unggul dari suami lainnya. Dia hanya telah menemukan sesuatu yang sederhana yang sangat penting tentang hidup pernikahan sementara yang lain masih tinggal dalam konsep pernikahan klasik bahwa istri harus tunduk sepenuhnya terhadap suami. Ini sungguh merupakan dasar dari sebuah hubungan. Suami dengan kecerdasan emosional cenderung menjadikan karirnya menjadi prioritas kedua setelah kehidupan keluarganya, karena definisi sukses baginya telah diperbarui. Tidak seperti suami-suami sebelum dirinya-yang belum mengalami evolusi, dia membuat peta lengkap dari kehidupan istrinya tanpa kehilangan kebanggaaannya, kesukaannya, yang dikomunikasikannya bersama istrinya dalam kegiatannya setiap hari.

Hal ini tidak hanya membawa manfaat dan perubahan pada pernikahnnya tetapi juga ke anak-anaknya. Penelitian menunjukkan bahwa suami yang dapat menerima pengaruh istrinya dalam kehidupan cenderung adalah ayah yang hebat bagi anak-anaknya. Dia akrab dengan dunia anak-anak, mengenal hampir semua teman-temannya dan hal-hal apa saja yang menakutkan bagi anak-anaknya.Dia mengajarkan anak-anak untuk meghargai perasaannya dan diri mereka sendiri. Ketika sedang asyik bekerja, atau bermain game bola dia akan dengan senang hati berhenti sejenak untuk mereka, dia ingin anak-anak mengenang waktu-waktu berkualitas bersamanya.

Tipe baru dari peran seorang suami dan ayah membuat hidup menjadi lebih berarti dan kaya. Memiliki dasar kehidupan keluarga yang  bahagia, membuatnya jadi lebih mudah untuk kreatif dan bekerja dengan efektif. Karena dia begitu terhubung dengan istri, yang datang kepadanya dalam susah maupun senang. Ketika kota sedang tak tidur, karena gemuruh badai dan petir, anak-anaknya akan lari ke dalam pelukannya untuk sama-sama menyaksikannya dari balik jendela. Keluarga dan orang-orang sekitarnya sangat menyayanginya semasa dia hidup dan penuh duka ketika dia kembali ke rumah abadi-Nya.

Cerita yang sangat sedih datang dari tipe suami dan ayah yang lain. Dia menanggapi hilangnya hak-nya sebagai suami dengan marah-marah atau merasa sudah menjadi korban yang tidak bersalah. Dia menjadi sangat otoriter, dictator,melindungi wilayahnya sebagai yang berkuasa dalam rumah tangga, yang harus dihormati dan dihargai tanpa memikirkan bahwa istri juga memiliki kehidupannya sendiri. Dia menolak pengaruh istrinya karena sangat takut akan kehilangan pengaruh sepenuhnya sebagai suami. Karena dia tidak akan menerima pengaruh apapun, maka dia kehadirannya semakin tidak berpengaruh. Konsekuensinya tak ada satu pun orang yang peduli padanya ketika dia hidup atau berduka ketika dia berpulang.

Sumber : Gottman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar