Data menunjukkan adanya indikasi
transformasi para suami dari pasangan-pasangan yang baru menikah. Sebanyak 35%
pria yang kami pelajari termasuk dalam kategori “Suami-suami dengan kecerdasan
Emosional”. Tipe suami jenis ini adalah
suami-suami yang sangat menghormati dan menghargai istrinya, mereka sangat
terbuka untuk mendengarkan apa yang dirasakan oleh istrinya, mengerti dunia
sang istri, anak-anaknya dan teman-temannya. Dia mungkin tidak menganggapi
emosi seperti istrinya, tapi dia belajar untuk bagaimana bisa terhubung dengan
istrinya secara emosional. Dia membuat pilihan-pilihan yang menunjukkan
bagaimana ia menghormati istrinya. Misalnya : ketika dia sedang menonton
pertandingan sepak bola, dan istrinya ingin berbicara, maka dengan senang hati
tanpa merasa terganggu dia akan mematikan TV dan mendengarkan.
Dia lebih
memilih “kita” daripada “saya”.
Suami dengan dengan kecerdasan
emosional merupakan sebuah perkembangan dalam evolusi social. Ini tidak berarti
bahwa pribadinya, akhlak dan bawaannya lebih unggul dari suami lainnya. Dia
hanya telah menemukan sesuatu yang sederhana yang sangat penting tentang hidup
pernikahan sementara yang lain masih tinggal dalam konsep pernikahan klasik
bahwa istri harus tunduk sepenuhnya terhadap suami. Ini sungguh merupakan dasar
dari sebuah hubungan. Suami dengan kecerdasan emosional cenderung menjadikan
karirnya menjadi prioritas kedua setelah kehidupan keluarganya, karena definisi
sukses baginya telah diperbarui. Tidak seperti suami-suami sebelum dirinya-yang
belum mengalami evolusi, dia membuat peta lengkap dari kehidupan istrinya tanpa
kehilangan kebanggaaannya, kesukaannya, yang dikomunikasikannya bersama istrinya
dalam kegiatannya setiap hari.
Hal ini tidak hanya membawa
manfaat dan perubahan pada pernikahnnya tetapi juga ke anak-anaknya. Penelitian
menunjukkan bahwa suami yang dapat menerima pengaruh istrinya dalam kehidupan
cenderung adalah ayah yang hebat bagi anak-anaknya. Dia akrab dengan dunia
anak-anak, mengenal hampir semua teman-temannya dan hal-hal apa saja yang
menakutkan bagi anak-anaknya.Dia mengajarkan anak-anak untuk meghargai
perasaannya dan diri mereka sendiri. Ketika sedang asyik bekerja, atau bermain
game bola dia akan dengan senang hati berhenti sejenak untuk mereka, dia ingin
anak-anak mengenang waktu-waktu berkualitas bersamanya.
Tipe baru dari peran seorang
suami dan ayah membuat hidup menjadi lebih berarti dan kaya. Memiliki dasar
kehidupan keluarga yang bahagia,
membuatnya jadi lebih mudah untuk kreatif dan bekerja dengan efektif. Karena
dia begitu terhubung dengan istri, yang datang kepadanya dalam susah maupun
senang. Ketika kota sedang tak tidur, karena gemuruh badai dan petir,
anak-anaknya akan lari ke dalam pelukannya untuk sama-sama menyaksikannya dari
balik jendela. Keluarga dan orang-orang sekitarnya sangat menyayanginya semasa
dia hidup dan penuh duka ketika dia kembali ke rumah abadi-Nya.
Cerita yang sangat sedih datang
dari tipe suami dan ayah yang lain. Dia menanggapi hilangnya hak-nya sebagai
suami dengan marah-marah atau merasa sudah menjadi korban yang tidak bersalah.
Dia menjadi sangat otoriter, dictator,melindungi wilayahnya sebagai yang
berkuasa dalam rumah tangga, yang harus dihormati dan dihargai tanpa memikirkan
bahwa istri juga memiliki kehidupannya sendiri. Dia menolak pengaruh istrinya
karena sangat takut akan kehilangan pengaruh sepenuhnya sebagai suami. Karena
dia tidak akan menerima pengaruh apapun, maka dia kehadirannya semakin tidak
berpengaruh. Konsekuensinya tak ada satu pun orang yang peduli padanya ketika
dia hidup atau berduka ketika dia berpulang.
Sumber : Gottman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar