Penganiayaan : Pemadaman Empati
Di tengah hiruk pikuknya anak-anak bermain di pusat
penitipan anak. Martin yang baru berumur dua setengah tahun, bertabrakan dengan
seorang gadis kecil, yang langsung mulai menangis. Martin meraih tangannya,
tetapi ketika sewaktu gadis kecil itu beringsut menjauh, Martin memukul lengan
gadis kecil itu.
Sewaktu air mata gadis kecil itu terus mengalir, Martin
memandanginya di kejauhan dan berteriak, “Jangan nangis! Jangan nagis!” terus menerus setiap kali lebih cepat dan lebih
keras.
sumber ; 24hour parenting |
Ketika Martin kemudian berupaya mengusap-usap tangannya
lagi, gadis itu menolak. Kali ini memperlihatkan giginya seperti seekor anjing
yang meneryingai sambil mendesis kea rah gadis yang terisak-isak itu.
Sekali lagi Martin mulai membelai gadis yang menangis itu,
tetapi belaian-belaian di punggung dengan cepat berubah menjadi pukulan, dan
Martin terus memukul gadis kecil yang malang itu meskipun gadis kecil itu
menjeri-jerit.
Respon Martin yang kasar terhadap kemalangan di tempat
penitipan anak itu barangkali mencerminkan dengan baik pelajaran-pelajaran yang
telah diperolehnya di rumah tentang tangisan dan kesedihan ; tangis mula-mula
ditanggapi dengan tindakan menghibur yang lumrah, tetapi apabila berlanjut,
langkah berikutnya adalah mulai dari mengancam, membentak, hingga menampar atau
memukul fisik langsung. Barangkali yang paling menyedihkan, Martin kayaknya
sudah kehilangan jenis empati yang paling primitive, yaitu naluri untuk menghentikan
serangan terhadap seseorang yang terluka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar