Minggu, 09 November 2014

Rempeyek Kacang


Rempeyek Kacang

Rempeyek kacang. Nikmat dimakan bersama nasi atau untuk jadi camilan. Suami, anak-anak termasuk sangat senang dengan rempeyek. Sekali beli 10rbu untuk 5 kantung yang isinya Cuma 2 rasanya tak cukup banyak. Selama ini pengen sekali bisa membuatnya, tapi belum kesampaian. 


Kemarin waktu telp. Mama di Ende, mama sedang makan rempeyek ; tapi beli. Semakin besar keinginan saya untuk bisa membuatnya. Tapi bagaimana,
dan harus belajar sama siapa, sementara selama ini saya belum pernah melihat cara pembuatannya.

Ini resepnya.
Setelah searching di google dan nemu satu resep yang menurut saya gampang dan mudah, maka saya mulai memberanikan diri untuk membuatnya. Seperti biasa perasaan yang ada ketika mencoba sebuah resep baru adalah, “takut tidak jadi” hehehe. Tapi ah untuk resep ini, kadar takutnya tidak besar, karena kalau tak jadi pun ketika di goreng saya yakin remah-remahnya pun pasti enak. 

Mulai dengan membelah kacang menjadi dua, sangrai hingga setengah matang. Menyiapkan adonan tepung, mengiris daun jeruk, mengulek bumbu dan mengganti channel TV ke AnTeve. Ada Marsha disana, biar balitaku sibuk dengan menonton Marsha. Dan semua bahan sudah siap, minyak goreng yang lumayan banyak sudah berpindah tempat ke dalam kuali sedang di panaskan. Menurut petunjuknya masukan sesendok adonan dari pinggir kuali, dan ohh dia mengembang sempurna. Tapi sabar, karena tetap harus di tes dahulu baru boleh merasa senang. 

Gelombang pertama rasanya terlalu kental menurut saya, maka saya tambahkan air. Masalah muncul karena ternyata renyahnya tidak merata, ada bagian yang tebal menjadi basah ketika kering. Setelah mencoba beberapa kali  pada tuangan-tuangan berikutnya, saya menemukan solusinya. Sebaiknya ketika selesai menuang adonan yang baru mekar itu langsung dibalik sehingga tidak menumpuk di satu tempat saja. Dan berhasil.

Balitaku menangis ketika adonannya persis mendekati habis. Sepertinya si Marsha sudah di gantikan dengan Angry Birds. “Aduh, jangan rewel dulu lah, sedikit lagi ini”. Tapi balita itu mana mengerti. Dan tepat di saat itu papanya berdiri di depan pintu, pulang sarapan. Rupanya suara motornya tertutup oleh suara tangisan balitaku. Syukurlah, saya jadi bisa menghabiskannya hingga akhir, sedikit lagggi. 

Kata suami : “Mama, buat apa e…?” sambil mencomot sepotong rempeyek yang sudah jadi. Tiba-tiba suami mendekati dan memeluk saya dan berkata : “hore, mama sudah bisa buat rempeyek, hem enak lagi”.

Saya Cuma bisa tertawa, puas dan senang. Hore, karena sekarang tidak perlu membeli di warung karena sudah bisa tersedia di rumah tangga kami dan bisa makan sepuasnya.

Note: Foto pakai kamera HP, kurang jelas jadinya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar