Rempeyek Kacang |
Rempeyek kacang. Nikmat dimakan bersama nasi atau untuk jadi
camilan. Suami, anak-anak termasuk sangat senang dengan rempeyek. Sekali beli
10rbu untuk 5 kantung yang isinya Cuma 2 rasanya tak cukup banyak. Selama ini
pengen sekali bisa membuatnya, tapi belum kesampaian.
Kemarin waktu telp. Mama di Ende, mama sedang makan rempeyek
; tapi beli. Semakin besar keinginan saya untuk bisa membuatnya. Tapi bagaimana,
dan harus belajar sama siapa, sementara selama ini saya belum pernah melihat
cara pembuatannya.Ini resepnya. |
Setelah searching di google dan nemu satu resep yang menurut
saya gampang dan mudah, maka saya mulai memberanikan diri untuk membuatnya. Seperti
biasa perasaan yang ada ketika mencoba sebuah resep baru adalah, “takut tidak
jadi” hehehe. Tapi ah untuk resep ini, kadar takutnya tidak besar, karena kalau
tak jadi pun ketika di goreng saya yakin remah-remahnya pun pasti enak.
Mulai dengan membelah kacang menjadi dua, sangrai hingga
setengah matang. Menyiapkan adonan tepung, mengiris daun jeruk, mengulek bumbu
dan mengganti channel TV ke AnTeve. Ada Marsha disana, biar balitaku sibuk
dengan menonton Marsha. Dan semua bahan sudah siap, minyak goreng yang lumayan
banyak sudah berpindah tempat ke dalam kuali sedang di panaskan. Menurut petunjuknya
masukan sesendok adonan dari pinggir kuali, dan ohh dia mengembang sempurna. Tapi
sabar, karena tetap harus di tes dahulu baru boleh merasa senang.
Gelombang pertama rasanya terlalu kental menurut saya, maka
saya tambahkan air. Masalah muncul karena ternyata renyahnya tidak merata, ada
bagian yang tebal menjadi basah ketika kering. Setelah mencoba beberapa
kali pada tuangan-tuangan berikutnya,
saya menemukan solusinya. Sebaiknya ketika selesai menuang adonan yang baru
mekar itu langsung dibalik sehingga tidak menumpuk di satu tempat saja. Dan
berhasil.
Balitaku menangis ketika adonannya persis mendekati habis. Sepertinya
si Marsha sudah di gantikan dengan Angry Birds. “Aduh, jangan rewel dulu lah,
sedikit lagi ini”. Tapi balita itu mana mengerti. Dan tepat di saat itu papanya
berdiri di depan pintu, pulang sarapan. Rupanya suara motornya tertutup oleh
suara tangisan balitaku. Syukurlah, saya jadi bisa menghabiskannya hingga
akhir, sedikit lagggi.
Kata suami : “Mama, buat apa e…?” sambil mencomot sepotong
rempeyek yang sudah jadi. Tiba-tiba suami mendekati dan memeluk saya dan
berkata : “hore, mama sudah bisa buat rempeyek, hem enak lagi”.
Saya Cuma bisa tertawa, puas dan senang. Hore, karena
sekarang tidak perlu membeli di warung karena sudah bisa tersedia di rumah
tangga kami dan bisa makan sepuasnya.
Note: Foto pakai kamera HP, kurang jelas jadinya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar