Sabtu, 06 Desember 2014

Mobil Mainan



Wajahnya sedih, di sudut lemari kaca mini market ; dia berdiri menyudut dan menciut sedih dan galau. Setelah beberapa detik yang telah lewat dia berdiri di samping saya yang sedang memilah-milah yang hendak di beli dan berkata : “Ma kaka boleh minta hotwheel le….”. Tanpa menoleh saya hanya berkata : “Hmm kaka sudah tahu jawabannya kan. Hotwheel yg kemarin mama belikan ada dimana…? Hilang kan…? Pokoknya kalau kakak tidak bisa hargai barang, mama tidak akan belikan lagi. Pembicaraan selesai oooo…”. Yang artinya saya tidak ingin mendengar rengekan lagi. Dan dia mengerti.

Sejenak saya merasa begitu kejam, dan hampir menyerah dengan keputusan saya. Melihatnya berdiri menyandar di kaca di sudut toko, berusaha menyembunyikan tangisnya, dengan wajah yang sama sekali tak ceria seperti biasa ; semakin membuat saya merasa pedih. Tapi ah tidak, biar saja. Supaya kakak tahu menghargai uang dan barang. 

Dia hanya terdiam sepanjang perjalanan pulang. Dan saya tahu kegalauannya disebabkan tidak bisa memiliki hotwheel merah yang di jual di toko tadi. Sebelumnya di temani papanya dia pergi membeli hotwheel biru. Hotwheel itu sendiri sudah lenyap entah dimana..? Hotwheel adalah mobil mainan kecil yang dibandrol dengan harga 25rbu/mobil.
Saya memecah kesunyian dengan berkata : “Kakak itu hotwheel harganya berapa..?”. “25rbu Ma, jawabnya singkat. ‘Hem, 25rbu. Jumlah yang besar e. 25rbu mama sudah bisa beli sayur dan ikan untuk makan sehari. Kalau kakak pengen sekali hotwheel itu kenapa tidak kakak tabung saja uang jajan kakak..? Kalau sehari mama kasih 2rbu terus di tabung 10 hari su bisa dapat berapa?” Tidak lama terdengar jawaban ; “20rbu mama..” “Nah kurang 5rbu lagi su bsa dapat hotwheel kan..?” Dan tidak saya sangka tanggapannya sangat antusias. “oh iya baik mama, mulai besok kakak mulai menabung, mama kasih uang jajan e…”

Pagi hari semua sudah disiapkannya, dia malah lupa dengan uang jajannya. Karena memang dia hampir tak penah membawa uang jajan. Pagi sudah sarapan+bekal membuatnya hampir tidak pernah meminta uang jajan. Uang jajan saya berikan di keadaan darurat. Misal saya bangun terlambat atau ketika adiknya sakit dan saya tak sempat membuatkannya sarapan. Sewaktu hendak menaiki motor saya menyelipkan uang 5rbu di sakunya. Kaget dan setengah berteriak dia berkata : “Wuih mama banyak sekali e, terimakasih mama”. Lalu berangkatlah dia. Sepulang sekolah dia berkata : “Mama, ini uang 5rbu kakak taruh dimana e. Mama belikan kakak tabungan le..” Saya ke dapur dan mengambil satu toples plastic bekas wadah cake emulsifier yang sudah saya cuci bersih ; “Pake ini saja kak”. Dan sekejap saja wadah bekas itu menjadi tabungannya. 

Sejak saat itu tiada hari tanpa menghitung jumlah uangnya. Bonus-bonus 2ribuan yang saya berikan karena menjadi kaki tangan saya untuk membeli masako, garam dll tidak pernah dia belanjakan. Receh-receh di meja kerja papanya juga tak luput dari targetnya. Sering sekali dia berkata : “Mama itu di meja papa, ada uang 5rts, seribu, dua ribu, papa masih pakai kah…? Buat kaka e”. Dan saya tidak pernah menjawabnya dengan kata “jangan”.  6 hari berlalu ; “Ma, kak pung uang sudah 30.500 nih. Kapan kita pi toko..?”

Kemarin dengan begitu semangatnya dia ikut saya ke pasar dengan syarat singgah di toko yang menjual hotwheel incarannya dan dia tak lupa membawa wadah bekasnya. Sesampainya di toko, sendiri dia pergi mencari penjualnya, menanyakan harganya dan bertransaksi dengan pembelinya ; menghitung recehan-recehannya di depan si penjual. Saya melihatnya dari jauh ;terharu. “Semoga setelah ini dia akan semakin lebih menghargai mainannya. Dan OMG anak saya sudah besar tenyata”.

Ketika mandi sore, mandinya lamaaaa sekali. Rupanya mobil mainannya itu juga dimandikannya. “Sudah Lebih mengkilap, Ma”, katanya. 

Pagi tadi seperti biasa setelah mengantongi bekalnya, berpamitan dengan saya dan adiknya, dia lupa dengan jajannya. Saya memanggilnya : “Kakak, ini jajannya”. Dia turun kembali dari motor, ketika hendak mendekati saya untuk mengambil jajannya dia berbalik kembali dan tanpa menoleh dia berkata : “Mama, tolong simpan dalam toples e Ma. Dada Mama…”. 

*teruslah seperti ini e kakak. Mama bangga denganmu kak*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar