Sabtu, 02 Juni 2012

Mama Mita Maaf


Siang hari, semakin pening kepalaku mendengar teriakan anak-anak saling berebut remote, pensil, plastik atau apa saja. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka. Sepertinya ingin memuaskan diri dengan kekuasaan kecil yang mereka punya, ketika menyentuh suatu barang.
Aku pun jadi ikut berteriak, meminta mereka stop. Dan tak ada hasilnya. Aku terdiam semakin lelah dan semakin terasa hendak pecah kepalaku.
Ketika anak lelakiku masuk ke dalam kamar, kupeluk dan berkata :
“Kak, bisakah kakak mengalah dengan adik? Kalau sesuatu barang sudah dipegang sama adik, jangan dirampas, kasih saja. Kalau sudah begitu lebih baik kakak masuk kamar, menggambar, membaca atau apa saja.” “Iya Mama, jawabnya.”
Hem dasar anak-anak, sebentar saja kata iya itu ada. Dan aku menyerah. Sekali lagi aku berteriak dari dalam kamar, lalu terdiam. Tak berapa lama, anak lelakiku melihatku dari balik pintu, memperhatikanku dan mendekat, katanya “Mama pusing kah? Mama mau tidur?” “Iya,” jawabku. Dia memelukku sebentar lalu mengambil selembar kertas dan pensilnya.
“Baguslah, sebaiknya kakak menggambar biar tidak rebut dengan adik terus,” batinku. Beberapa saat kemudian selembar kertas di sodorkan kepadaku : “Ini buat mama,”katanya.
Inilah lembaran kertas yang dimaksud itu :
Hatiku trenyuh seketika, yang aku lihat kemudian. Seorang anak lelaki yang merasa bersalah karena sudah membuat mamanya pusing. Tulisan itu tak sempurna, tapi yang kulihat usahanya untuk mengekspresikan rasa bersalahnya, dan tidak peduli tak sempurna apapun, dia anak lelakiku, dia peduli dan dia menyayangiku. Sekali lagi kupeluk dia dan berbisik “Kakak, terimakasih e. Mama pusing bukan karena kakak, mama Cuma minta kakak mengerti kalau mama lagi pusing, jadi kakak mengalah sedikit dengan adik e, biar kalian tidak ribut dan mama bisa istirahat.”
Kelihatannya dia mengerti, setelah itu dia mengambil buku, kertas dan pensil dan tiduran di sampingku sambil membaca atau menggambar. Selanjutnya aku bisa beristirahat, sambil bercerita dengannya dan tertidur.

Tuhan terimakasih…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar