Ketika mengecek buku catatan anak
saya. Yang ada adalah perasaan gemas, dengan huruf yang susah dibaca. Inilah akibat
dari libur kenaikan kelas sebulan lebih. Penggunaan huruf kapital dan tanda
baca yang tidak pada tempatnya. Anak saya sekarang duduk di kelas 3 SD. Sekilas
saya berpikir masih bisa ditolerir, tapi kemudian saya meralat pikiran saya
itu. Dan hasilnya dia harus berlatih menulis 10 menit sehari setiap pulang
sekolah.
Huruf merupakan komponen penting
dalam setiap pembelajaran bahasa menurut saya. Huruf yang mudah dibaca, dan
indah perlu latihan terus menerus. Bukan suatu proses jadi dalam semalam,
seperti ketika kita menyiapkan 1 porsi mie instan. Itulah mengapa saya terus
mendorongnya untuk terus berlatih menulis dengan rapi, jelas dan indah.
Selain huruf, penggunaan tanda
baca juga menjadi sangat penting. Dalam Bahasa apapun juga sudah pasti
diajarkan bagaimana menggunakan tanda baca dengan baik. Kepala saya terasa
pusing membaca tulisan anak saya dengan penggunaan tanda baca yang sangat
minim. Mungkin memang belum menjadi sebuah perhatian lebih; berhubung mereka
baru saja naik ke kelas 3, tetapi saya terus saja mendorongnya untuk
menggunakan tanda baca setelah tanpa henti menjelaskan kapan kita harus
menggunakan titik, koma, tanda seru, dan tanda Tanya. Titik dan koma buat saya
jika dibandingkan dengan anggota tubuh kita seperti lidah. Kecil tapi jika
tidak dipergunakan dengan baik bisa fatal. Sudah pasti bisa membuat pembaca
berkerut-kerut dahinya.
Huruf dan tanda baca biasanya
menjadi bahan pelajaran Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia di masa sekarang ini
sepertinya menjadi tidak terlalu penting. Mungkin karena BI adalah Bahasa ibu
kita sehingga seringkali banyak yang berpikir “ah apa susahnya, paling Cuma membaca
dan menulis.” Tetapi tidak bagi mereka yang suka menulis dan buat saya Bahasa Indonesia
sama pentingnya dengan Bahasa Inggris. Seringkali dalam update-an status
teman-teman di sosmed banyak sekali yang menulis kata dengan huruf yang kurang
atau lebih. Seperti “mereka” menjadi “merekah” padahal artinya sudah menjadi
beda. Atau “semu” menjadi “semuh”J.
Dan karena saya sendiri pun masih sering sekali melakukan kesalahan-kesalahan
kecil maka tidak ada alasan untuk tidak terus belajar.
Bahasa Indonesia menjadi sangat
penting buat saya pribadi sekarang ini. Miris rasanya melihat Bahasa-bahasa
alay yang digunakan oleh muda-mudi gaul, entah dalam update-an status di
sosmed, ataukah isi dalam pesan singkat dimana huruf “s” diganti dengan huruf “z”,
atau “siapa” diganti menjadi “cp” atau symbol angka yang dipakai untuk mewakili
penggunaan huruf tertentu. Hal yang sepele, tetapi benar-benar sangat
mengganggu ketika membacanya. Tidak ada salahnya sih, tapi buat saya tetap saja
merusak mata.
Berangkat dari masalah huruf,
tanda baca, dan juga keutuhan sebuah huruf ditulis dalam sebuah kalimat, (masalah
yang saya lihat dalam diri anak saya saat ini) ; Membuat saya semakin sadar dan
mengerti akan pentingnya Bahasa Indonesia. Bagaimana mereka bisa mempelajari
Bahasa Asing (Inggris) sebagai Bahasa pendamping, jika bahasa ibu mereka
sendiri jatuh bangun. Karena itu mari kita dampingi putera-puteri kita untuk
mulai mencintai Bahasa Indonesia. Ini bukan proses belajar mereka, tetapi
proses belajar kita bersama. Dan semuanya itu bisa dimulai dari kegiatan
membaca dalam rumah kita sehari-hari. Tunjukkan minat baca dalam diri kita
sebagai orangtua, dan semoga bisa menjadi contoh yang baik untuk anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar