Selasa, 01 Desember 2015

Rinduku untukmu, Ayah.


Di aroma tanah basah awal desember,
mencoba untuk membauimu,
di setiap sudut-sudut rumah.

Aromamu tak beraroma lagi kini,
selain aroma basahnya sepetak tanah,
dan taburan kembang-kembang dalam sekali ziarah,

Jasadmu telah membumi,
kenangan akanmu ;
hidup di setiap cerita
di pagi hari,
di siang hari,
di malam hari,
akan hidup di benak cucu-cucumu,
yang lahir saat kau masih di bumi,
dan yang teriakan dan tangisannya
tak mampu memanggilmu pulang,
mereka yang belum sempat kau sentuh,
 sejak pendaratannya di bumi.

Ayah, ada sejuta rindu untukmu,
Terkadang aku takut,
tapi aku tahu dari duniamu saat ini,
ada seribu doa kau naikkan,
untuk kami.

Aku tak sendiri,

Sadar bahwa kita masih saling bergandengan,
bahwa kita hanya bersekatan ruang tipis tak terlihat,
cukup membuatku kuat.

Ini rinduku untukmu, Ayah.
Rinduku untukmu.

Untuk dia yang mendarat di bumi, di 12 Desember.
Penuh cinta untukmu selalu, Ayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar