Selasa, 12 November 2013

PANAS



Payung-payung berwarna-warni berjejeran di sepanjang jalan Wolowona. Dari yang harganya ratusan ribu rupiah sampai dengan puluhan ribu rupiah, melindungi para penjual sayuran yang kebanyakan adalah ibu-ibu berusia 30 puluhan tahun keatas. 

Matahari begitu panas menyengat, tak ada pilihan lain selain membiarkan kulit mereka terpapar paparan sinar matahari. Jualan atau tak mendapatkan uang. Begitu juga tentunya dengan para wanita yang bekerja di ladang atau sawah, berandalkan caping untuk melindungi wajah dan kepala dari sengatan sang raja terang. 


Mencumbu mentari dalam gairah panas membakar. Kulit yang hitam legam tak lagi menjadi masalah. “Biarlah hitam legam kulitku asalkan tak hitam penghasilanku..:)”.

Di tempat lain ada banyak sekali ibu-ibu yang terlalu takut menjadi hitam, menjadi galau ketika kulitnya berubah menjadi kecoklatan lalu berupaya menjaga kulitnya agar tetap putih dan kencang. Baju lengan panjang, molang seluruh badan, celana panjang, kaus kaki dan sepatu, adalah peralatan perang melawan matahari.

Sungguh ironis pemandangan ini. 

Lalu harus menjadi seperti apakah saya? Menjadi orang yang menikmati setiap peluh yang bercucuran, menikmati paparan sinar matahari di kulit saya ketika sedang mencuci piring, mencuci pakaian, (karena kebetulan tempat mencuci kami tidak terlindungi oleh seng), ketika menyuapi bayi saya, ketika sedang melakukan aktifitas apapun, atau haruskah saya mengeluh kepanasan dan menunda setiap pekerjaan rumah tangga ini dengan alasan masih “terlalu panas”..?

Panas, Dingin, Hujan atau terik haruskah mengeluh ketika berada dibawahnya..? Yah terkadang memang merepotkan dan sering kali menjebak saya dalam perasaan tidak nyaman. Tapi siapakah yang dapat mengubah arah haluan sang cuaca. Seribu teriakan ke atas langit, tak akan mengubah apapun. Tak ada pilihan selain nikmati sajalah. 

Memandang payung-payung dan terpal-terpal  yang berjejeran di luar sana, dan wanita-wanita separuh baya, yang tak henti mengerutkan dahi menantang sang mentari, haruskah saya mengeluh kegerahan..?

Sungguh tak sepantasnya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar