Menjadi seorang ibu memang sangat menggairahkan. Bahkan ketika
sedang marah, ketika menghadapi anak yang tak mendengar apa yang kita katakan. Sangat
menantang, karena secara bersamaan kita
dituntut untuk bisa menahan emosi dan amarah, dan juga belajar menjadi sabar. Sabar
mendengar semua pertanyaan mereka bahkan ketika sedang terburu-buru harus
membalik ikan yang sedang digoreng atau akan menjadi gosong. Harus lebih sabar
ketika sedang mencuci pakaian, piring dan sang anak berteriak “Mama, susunya
tumpah.” Atau “Mama, berapakah 15-7?” “Mama bisa tolong perbaiki mainan kakak
rusak nih..” dan semuanya seperti panggilan emergency yang
harus ditanggapi saat itu juga, tergopoh-gopoh menemui anak mereka dan harus memutuskan apakah akan menggunakan amarah atau kesabaran.
harus ditanggapi saat itu juga, tergopoh-gopoh menemui anak mereka dan harus memutuskan apakah akan menggunakan amarah atau kesabaran.
Ketika seorang ibu mengajarkan seni kehidupan kepada
anak-anaknya, di saat yang sama Ia pun mempelajari seni kehidupan lebih dalam
lagi.
Ketika seorang ibu mengajarkan kasih kepada anak-anaknya,
maka hal terbesar yang didapat seorang ibu adalah kasih yang sederhana, kasih
yang tulus dari sebuah pelukan hangat dan ciuman-ciuman kecil dari anak.
Ketika seorang ibu mengajarkan tentang pengampunan, maka hal
terbesar yang ibu dapatkan adalah keberanian untuk melepaskan luka batinnya
yang masih terbawa dari masa kecilnya, dan tidak menyimpan dendam.
Ketika seorang ibu mengajarkan bagaimana bertutur kata yang
baik, maka hal terbesar yang didapat seorang ibu adalah alarm tutur kata, yang
terus mengingatkan disaat sedang marah, untuk menjaga kata-kata yang keluar.
Ibu belajar cara bersuka-cita dari sang anak. Beberapa menit
yang lalu anak mungkin menangis karena mainannya dirampas, beberapa menit ke
depan tangisan akan berganti tawa lepas. Maka, disaat susah dan duka melanda,
bagaimana untuk tidak berlarut-larut dalam dukacita, tetapi menikmati setiap
berkat kecil lain, dan tetap bersukacita..!!
Anak membuat kehidupan seorang ibu, menjadi proses
pembelajaran yang tak pernah berhenti. Menarik ketika sebagai seorang Ibu Rumah
Tangga, harus memenuhi tuntutan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, “Apa itu
lubang Hitam?” “Apa itu dunia virtual?” “Apa itu Helium?” “Dimanakah Afrika
itu?” “Apakah mama punya cukup uang untuk belikan mainan?” dan seribu
pertanyaan lainnya. Maka ketika tak lagi berhubungan dengan cucian kotor,
peralatan masak, Ibu mulai mencari semua jawabannya. Sungguh indah.
Dan ada satu kutipan yang bisa mewakili semua ini, “Menjadi seorang ibu—sejauh yang bisa kukatakan—adalah
proses adaptasi yang berkepanjangan akan berbagai kebutuhan anak kita, selain
perubahan dan pertumbuhan diri kita sendiri sebagai seorang pribadi.” DEBORAH
INSEL
Anak-anak selalu memberikan kita kesempatan untuk menjadi
orang tua seperti yang selalu kita harapkan. Apa yang tidak kita dapatkan
sewaktu kecil. Bukan materi tapi nilai-nilai hidup yang lebih tinggi.
Satu hal lagi yang membahagiakan, ketika terbangun di pagi
hari, menatap wajah lelaki kecil yang polos lelap terbawa mimpi, dan satu
ucapan penuh rasa syukur “Terima Kasih Tuhan, mampukan aku untuk bisa menjadi
ibu yang baik hari ini, dengan bantuanMU.”
Anak-anak adalah pemberian Tuhan, mereka adalah pemberian
dari-NYA.
Maka terberkatilah seorang ibu, kasih Tuhan terasa nyata
dalam setiap senyum, tawa, dan tangisan anak-anaknya. Kebahagiaan yang ibu
rasakan bagaikan sungai kasih yang tak pernah berhenti mengalir....
Antonetta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar