Minggu, 29 April 2012

Terberkatilah Seorang Ibu


Menjadi seorang ibu memang sangat menggairahkan. Bahkan ketika sedang marah, ketika menghadapi anak yang tak mendengar apa yang kita katakan. Sangat menantang, karena secara bersamaan  kita dituntut untuk bisa menahan emosi dan amarah, dan juga belajar menjadi sabar. Sabar mendengar semua pertanyaan mereka bahkan ketika sedang terburu-buru harus membalik ikan yang sedang digoreng atau akan menjadi gosong. Harus lebih sabar ketika sedang mencuci pakaian, piring dan sang anak berteriak “Mama, susunya tumpah.” Atau “Mama, berapakah 15-7?” “Mama bisa tolong perbaiki mainan kakak rusak nih..” dan semuanya seperti panggilan emergency yang
harus ditanggapi saat itu juga, tergopoh-gopoh menemui anak mereka dan harus memutuskan apakah akan menggunakan amarah atau kesabaran. 

Ketika seorang ibu mengajarkan seni kehidupan kepada anak-anaknya, di saat yang sama Ia pun mempelajari seni kehidupan lebih dalam lagi. 

Ketika seorang ibu mengajarkan kasih kepada anak-anaknya, maka hal terbesar yang didapat seorang ibu adalah kasih yang sederhana, kasih yang tulus dari sebuah pelukan hangat dan ciuman-ciuman kecil dari anak.

Ketika seorang ibu mengajarkan tentang pengampunan, maka hal terbesar yang ibu dapatkan adalah keberanian untuk melepaskan luka batinnya yang masih terbawa dari masa kecilnya, dan tidak menyimpan dendam.
Ketika seorang ibu mengajarkan bagaimana bertutur kata yang baik, maka hal terbesar yang didapat seorang ibu adalah alarm tutur kata, yang terus mengingatkan disaat sedang marah, untuk menjaga kata-kata yang keluar.


Ibu belajar cara bersuka-cita dari sang anak. Beberapa menit yang lalu anak mungkin menangis karena mainannya dirampas, beberapa menit ke depan tangisan akan berganti tawa lepas. Maka, disaat susah dan duka melanda, bagaimana untuk tidak berlarut-larut dalam dukacita, tetapi menikmati setiap berkat kecil lain, dan tetap bersukacita..!!

Anak membuat kehidupan seorang ibu, menjadi proses pembelajaran yang tak pernah berhenti. Menarik ketika sebagai seorang Ibu Rumah Tangga, harus memenuhi tuntutan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, “Apa itu lubang Hitam?” “Apa itu dunia virtual?” “Apa itu Helium?” “Dimanakah Afrika itu?” “Apakah mama punya cukup uang untuk belikan mainan?” dan seribu pertanyaan lainnya. Maka ketika tak lagi berhubungan dengan cucian kotor, peralatan masak, Ibu mulai mencari semua jawabannya. Sungguh indah. 

Dan ada satu kutipan yang bisa mewakili semua ini,  “Menjadi seorang ibu—sejauh yang bisa kukatakan—adalah proses adaptasi yang berkepanjangan akan berbagai kebutuhan anak kita, selain perubahan dan pertumbuhan diri kita sendiri sebagai seorang pribadi.” DEBORAH INSEL

Anak-anak selalu memberikan kita kesempatan untuk menjadi orang tua seperti yang selalu kita harapkan. Apa yang tidak kita dapatkan sewaktu kecil. Bukan materi tapi nilai-nilai hidup yang lebih tinggi.

Satu hal lagi yang membahagiakan, ketika terbangun di pagi hari, menatap wajah lelaki kecil yang polos lelap terbawa mimpi, dan satu ucapan penuh rasa syukur “Terima Kasih Tuhan, mampukan aku untuk bisa menjadi ibu yang baik hari ini, dengan bantuanMU.” 

Anak-anak adalah pemberian Tuhan, mereka adalah pemberian dari-NYA. 


Maka terberkatilah seorang ibu, kasih Tuhan terasa nyata dalam setiap senyum, tawa, dan tangisan anak-anaknya. Kebahagiaan yang ibu rasakan bagaikan sungai kasih yang tak pernah berhenti mengalir....

 Antonetta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar