Selasa, 24 April 2012

Teman Sewaan


Anak-anak lelaki adalah jangkar-jangkar kehidupan seorang ibu.
                                                                                                                                 SOPHOCLES
Sambil duduk merapatku di sofa, Donnie bertanya, “Mommy, apa yang akan Mommy lakukan saat aku  preschool?”
“Mommy mungkin akan menangis habis-habisan dan memakan semua M&M yang ada di rumah ini....kemudian Mommy akan menunggumu pulang ke rumah!” kataku menggoda.
Melihat wajahnya yang berkerenyit, aku meyakinkannya kalau aku hanya bercanda, dan aku malah akan membuat kue-kue kering, jadi ada yang bisa kami kudap saat dia menceritakan tentang hari pertamanya.

Karena suamiku sedang berada di luar negeri, aku berjalan mengantar Don sendirian. Sambil menahan tangis, aku menciumnya sebagai tanda perpisahan.
Dia memelukku erat-erat. “Jangan kuatir, Mommy, aku akan segera pulang. Aku tahu Mommy akan baik-baik saja!”.
Waktu seakan merayap ketika aku memasukkan kue-kue kering ke dalam oven, merapikan rumah, dan menunggu. Aku sudah nyaris gila saat kulirik jam dan tersadar, dia baru pergi empat puluh menit yang lalu.
Kemudian seseorang mengetuk pintu. Seorang wanita seumuran berdiri disana dengan senyum lebar di wajahnya.
“Apakah kau ibu Donnie?”
“Ya,” bisikku, mencengkeram pegangan pintu dengan erat sambil pikiranku membayangkan hal-hal yang buruk.
“Aku Marilyn,” katanya sambil tertawa. “Aku bertemu Donnie di taman bermain kemarin. Waktu kubilang aku tinggal hanya beberapa rumah dari sini, dia membayarku dua puluh lima sen untuk menemanimu selama hari pertamanya di sekolah.” Dia mengedip pelan sebelah matanya. “Dia berpikir kau mungkin akan kesepian, dan dia pesan kepadaku untuk memastikan kau tidak menghabiskan seluruh M&Mnya.”
Aku balas tersenyum. “Jadi, dia memberi uang dua puluh lima sennya kepadamu dan bukan ke tukang es krim!”
Setelah berbagi tawa, beberapa cangkir kopi dan hanya beberapa M&M dengan teman baruku, aku menyadari putraku sedang tumbuh dewasa, entah aku siap atau tidak. Lagi pula, dia telah mewawancarai, menyewa—dan membayar—seorang “Mommy Sitter” untukku.  
AvagailBurton                                                                                                                               
Kisah yang indah dan sangat menyentuh hati. Membaca cerita ini rasanya bahagia sekali mengingat setiap hal kecil yang dilakukan oleh putra kecilku. Pelukan hangat, ciuman, senyumannya, tawanya, candanya. Pernah putraku bertanya kepadaku : “Mama, apakah nanti mama dan papa akan bersedih kalau nanti kakak besar dan harus pergi sekolah jauh dari Papa dan mama.?” “Tentu saja sayang,” jawabku. Baru sejam dia pergi bermain atau jalan-jalan dengan papanya, rasanya sudah sangat kangen.
Ketika aku berbagi cerita ini  di social network...
Ada seorang ibu yang menuliskan seperti  ini :
Sangat indah...jadi teringat jeven ko..begitu juga yang dia buat saat dia mau pergi kuliah dulu . Dia pesan di anak laki pekerja (anak kerja)  dalam rumah untuk perhatikan semuanya saat dia tidak ada di rumah,setiap hari dia masih bertanya ma sudah kunci pintu,ma sudah gembok pintu gerbang, ma bagaimana keadaan di rumah.dll . Jadi kangen Jeven kooww..sangat bahagia ini perasaan kalo omong dia..
Saya yakin kita semua memiliki cerita indah bersama anak-anak kita. Seperti yang ditulis oleh EVELYN FAIRBANKS : “Anak-anakku....adalah sumber sukacitaku yang terus menerus bagiku (kecuali di hari-hari ketika mereka sedang tidak menyenangkan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar