Anak-anak lelaki adalah jangkar-jangkar kehidupan seorang ibu.
SOPHOCLES
Sambil duduk merapatku di sofa,
Donnie bertanya, “Mommy, apa yang akan Mommy lakukan saat aku preschool?”
“Mommy mungkin akan menangis
habis-habisan dan memakan semua M&M yang ada di rumah ini....kemudian Mommy
akan menunggumu pulang ke rumah!” kataku menggoda.
Melihat wajahnya yang berkerenyit,
aku meyakinkannya kalau aku hanya bercanda, dan aku malah akan membuat kue-kue
kering, jadi ada yang bisa kami kudap saat dia menceritakan tentang hari
pertamanya.
Karena suamiku sedang berada di
luar negeri, aku berjalan mengantar Don sendirian. Sambil menahan tangis, aku
menciumnya sebagai tanda perpisahan.
Dia memelukku erat-erat. “Jangan
kuatir, Mommy, aku akan segera pulang. Aku tahu Mommy akan baik-baik saja!”.
Waktu seakan merayap ketika aku
memasukkan kue-kue kering ke dalam oven, merapikan rumah, dan menunggu. Aku sudah
nyaris gila saat kulirik jam dan tersadar, dia baru pergi empat puluh menit
yang lalu.
Kemudian seseorang mengetuk pintu.
Seorang wanita seumuran berdiri disana dengan senyum lebar di wajahnya.
“Apakah kau ibu Donnie?”
“Apakah kau ibu Donnie?”
“Ya,” bisikku, mencengkeram
pegangan pintu dengan erat sambil pikiranku membayangkan hal-hal yang buruk.
“Aku Marilyn,” katanya sambil
tertawa. “Aku bertemu Donnie di taman bermain kemarin. Waktu kubilang aku
tinggal hanya beberapa rumah dari sini, dia membayarku dua puluh lima sen untuk
menemanimu selama hari pertamanya di sekolah.” Dia mengedip pelan sebelah
matanya. “Dia berpikir kau mungkin akan kesepian, dan dia pesan kepadaku untuk
memastikan kau tidak menghabiskan seluruh M&Mnya.”
Aku balas tersenyum. “Jadi, dia
memberi uang dua puluh lima sennya kepadamu dan bukan ke tukang es krim!”
Setelah berbagi tawa, beberapa
cangkir kopi dan hanya beberapa M&M dengan teman baruku, aku menyadari
putraku sedang tumbuh dewasa, entah aku siap atau tidak. Lagi pula, dia telah
mewawancarai, menyewa—dan membayar—seorang “Mommy Sitter” untukku.
AvagailBurton
Kisah yang indah dan sangat menyentuh hati. Membaca cerita
ini rasanya bahagia sekali mengingat setiap hal kecil yang dilakukan oleh putra
kecilku. Pelukan hangat, ciuman, senyumannya, tawanya, candanya. Pernah putraku
bertanya kepadaku : “Mama, apakah nanti mama dan papa akan bersedih kalau nanti
kakak besar dan harus pergi sekolah jauh dari Papa dan mama.?” “Tentu saja
sayang,” jawabku. Baru sejam dia pergi bermain atau jalan-jalan dengan papanya,
rasanya sudah sangat kangen.
Ketika aku berbagi cerita ini di social network...
Ada seorang ibu yang menuliskan seperti ini :
“Sangat indah...jadi teringat jeven
ko..begitu juga yang dia buat saat dia mau pergi kuliah dulu . Dia pesan di
anak laki pekerja (anak kerja) dalam rumah
untuk perhatikan semuanya saat dia tidak ada di rumah,setiap hari dia masih
bertanya ma sudah kunci pintu,ma sudah gembok pintu gerbang, ma bagaimana
keadaan di rumah.dll . Jadi kangen Jeven kooww..sangat bahagia ini perasaan
kalo omong dia..”
Saya yakin kita semua memiliki
cerita indah bersama anak-anak kita. Seperti yang ditulis oleh EVELYN FAIRBANKS
: “Anak-anakku....adalah sumber sukacitaku yang terus menerus bagiku (kecuali
di hari-hari ketika mereka sedang tidak menyenangkan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar