Kekhawatiran ibu yang berlebihan; jangan ini-jangan itu, jelas-jelas
memasung kebebasan anaknya, mematahkan sayap-sayapnya, mengerdilkan jiwanya dan
kerap tak bisa berbicara tentang apa yang dirasakannya.
Berdasarkan teori-teori yang dibacanya, bahwa penyesalan
tidak seharusnya disesali, sudah lewat, sudah basi tidak bisa dikonsumsi
menjadi sepiring fantasi kekinian.
Dan untuk mendukung teori-teori itu, anaknya terus belajar
untuk melepaskan diri dari pasungan kekhawatiran, ketakutan yang terpaketkan,
berjalan beriringan menua seumur dirinya.Ah pekerjaan yang berat bukan.?
Berperan sebagai orangtua membuat dirinya terbantukan
mengikis bukit endapan kekhawtiran dari dalam hidupnya. Harapan besar dalam
dirinya, Anak-anaknya tidak boleh mengalami apa yang dialaminya.
Sebisa mungkin, mereka harus bisa menjadi diri mereka
sendiri, mengepakkan sayap-sayap mereka setinggi mungkin, berlari mengejar
mimpi mereka, dan menjadi besar dan kuat di tengah ganasnya dunia. Jangan takut, jangan khwatir, tak ada yang
perlu dikhawatirkan. Jikalau pun yang ditakutkan terjadi, selalu ada jalan
keluar untuk itu.
Nikmati hari ini, biarlah hari ini menggenggam sukacita
miliknya, dan kekhawatiran biarlah menjadi milik semesta, terjadilah jika
memang ingin terjadi, sukacita sudah pasti mengintip di balik masalah dan
kekhwatiran yang pernah menjadi milik hari kemarin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar